Pages

Friday, April 30, 2010

Try a Hobby, Lebih Tepatnya...

Entah sejak kapan, aku sering kali mempunyai hobi baru. Akibatnya hobiku menjadi hobi musiman. Tentu saja kegiatanku dan teman-temanku mengikuti hobi yang musiman ini. Dan, jujur, hobi ini sering juga dipengaruhi oleh tren. Namun juga sering dihancurkan oleh tren.

Aku pernah jadi penggila bola, yang merasa harus menonton pertandingan sepak bola, mengenal setiap pelatih sepak bola di klub-klub besar Eropa, mengerti tentang peraturan internasional FIFA, dan bahkan mempunyai timku sendiri di game komputer FIFA Manager (kalau tidak salah). Ini bertahan selama sekitar satu tahun, sejak aku kelas 2 SMP hingga kelas 1 SMA.

Thursday, April 29, 2010

Potongan Terakhir Untukmu

Semalam aku kembali melihatmu, duduk dan bercengkerama di antara orang-orang yang asing bagiku. Rambutmu masih sama seperti yang ku ingat, namun wajahmu mulai tak ku kenal. Apakah ingatanku yang memudar atau waktu yang sudah mengubahmu?

Aku tak peduli.

Tapi rasamu masih terbaca, walaupun tak sekuat dulu. Aku tahu kamu tidak melihatku. Aku juga tahu aku tidak ingin mendekat dan menyapamu, meski sedekar untuk memberitahukan keberadaanku.

Thursday, April 22, 2010

Menunda Jeda

"Akhirnya hutan pinusku rindang dan subur."

Hei, dari mana saja kamu? Lama kita tidak mengobrol.

"Maafkan aku. Aku sibuk mengurusi hutan pinusku."

Bisa kulihat itu. Sudah kau temukan lahan yang bagus?

Wednesday, April 21, 2010

Pasta Gio: Aksi Koki Kecil

Aku menemukan tempat pasta ini bersama Hera. Nama Pasta Gio memang sudah kudengar sejak sebelumnya, meski saat itu hanya sebatas "Pak Adzan buka warung pasta!". Dan aku penasaran.

Bagaimana tidak, setelah euforia Sapi Bali, setiap Pak Adzan buka warung, aku berusaha datang dan mencicipi, karena rasanya memang enak. Itulah kenapa aku ingin sekali datang ke Pasta Gio, tapi tidak tahu lokasinya.

Akhirnya, setelah beberapa lama memendam keinginan, bersama Hera aku meniatkan diri untuk mencari lokasi Pasta Gio, yang katanya agak tersembunyi.

Monday, April 19, 2010

Teri Kecil di Gadjah Mungkur


Pertama kali mendengar kata Waduk Gadjah Mungkur, yang terlintas di ingatan adalah daerah Wuryantoro dan jalanannya yang halus. Lalu teringat pemandangan luar biasa yang aku lihat bersama seorang teman ketika pulang dari Pacitan.

Namun, yang aku lihat paling menakjubkan dari pemandangan Waduk Gadjah Mungkur adalah perjalanan bersama Pak Nono ketika pergi melayat ke Ponorogo. Ia memilihkan jalan yang berbeda dari biasanya dan melewati Waduk tersebut dengan pemandangan yang juga berbeda. Jembatan agak panjang yang kami lewati itu menyeberangi sisi pinggir Waduk Gajah Mungkur. Karena pemandangan air yang nyaris tak terhingga, aku merasa seperti menyebrangi laut dengan mobil.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...