Setelah menjadi burung di sangkar emas selama beberapa bulan, akhirnya beberapa hari yang lalu aku mendapat kesempatan untuk merenggangkan waktuku, membiarkan detik-detikku mengolet di dalam bis, kereta, atau apapun itu.
Namun perjalanan terakhir kemarin terlalu impulsif untuk aku ceritakan. Jadi, alih-alih membeberkan ke mana saja aku pergi, aku lebih tertarik untuk mencatat pelajaran selama beberapa hari yang aneh itu.

“...being happy doesn't mean that everything is perfect. It means that you've decided to look beyond the imperfections...”
Kali ini, aku benar-benar menilai buku dari covernya. Covernya cukup bagus, dan ceritanya (terdengar) menarik... belum lagi diskon 20% yang disediakan Gramedia untuk buku tersebut dalam versi Inggris.
Maka aku membeli Eat, Pray, Love - sebuah buku yang, beberapa bulan sebelum dia menjadi best-seller dan dibicarakan di mana-mana, kupikir adalah buku tentang memasak dengan cinta dan doa. :-S