Akhir minggu kemarin, setelah terburu-buru menghadiri acara nikahan tetangga, aku dan Mr. A melanjutkan acara sosialisasi pasangan baru kami ke kafe yang baru dibuka oleh temannya, Artie. Dia dan pacarnya yang asli Italia ternyata membuka kafe dengan suguhan a la Italia - bukan cuma beraneka coklat seperti yang diceritakan Mr. A.
Maka datanglah kami malam itu dengan perut yang sudah separuh penuh ke The Beach.
Maka datanglah kami malam itu dengan perut yang sudah separuh penuh ke The Beach.
Yup. Kafenya bernama The Beach. Letaknya di sebelah utara Terminal Condong Catur, utara Bank BRI, di satu kompleks ruko yang sama dengan Salon K-See.
Sesuai dengan namanya, kafe itu memang didesain seperti pantai. Warna ruangan didominasi warna biru langit dan biru laut, serta ornamen-ornamennya berbahan alami: kayu dan bambu. Di ujung ruangan, ruang kasir berjendela bulat dengan warna lampu kuning kemerahan, sekilas seperti matahari terbenam. Untuk musiknya, dipilih musik yang ceria.
Jadi intinya, kafe ini ingin mengimitasi suasana pantai, lengkap dengan kemeriahannya.
Sunset! |
Nah, sajian menu malam itu hanya keluar beberapa variasi saja: semacam ayam suwir goreng, kentang goreng, dan sayur-mayur goreng.
Ayam dan kentang gorengnya enak. Tapi kesanku justru kuat pada sayur-mayur gorengnya. Dari awal ketika disajikan, sebenarnya aku sudah tidak memiliki ekspektasi apapun pada sayur-mayur itu. Isinya yang sederhana (terong, jamur, kembang kol, brokoli, dan bawang bombay) tidak membuatku serta-merta tertarik.
Yah, itu mutlak karena pada dasarnya aku tidak begitu suka sayuran yang tampak 'basic'. Biasanya aku suka sayuran ketika itu dicampur dengan cream sauce, atau dijadikan capcay, atau apalah. Yang harus kelihatan 'rasanya'.
Tapi, apa yang terjadi?
Ketika aku memberanikan diri mencicipi campuran sayur-mayur goreng itu, aku terkejut. Ya karena ternyata rasanya tidak se-'basic' yang kubayangkan.
Terongnya justru bisa terasa manis. Lalu ada rasa gurih dari tepungnya. Untuk sayur-mayur yang lain juga sama. Kandungan airnya sudah tidak terlalu banyak, rasanya muncul, dan tetap gurih. Kubilang pada Artie, sajian sayur-mayurnya membuatku tidak lagi sepenuhnya menjauhi sayuran.
Belum habis sayur-mayurku, Artie mengeluarkan kue-kue buatan pacarnya. Ada dua macam: kue coklat dan pie apel.
"Makanan utama dan pasta yang buat kakaknya, tapi kue-kue yang seperti ini yang buat Fabio," ujar Artie.
Menurutnya, rasanya istimewa karena tidak eneg. Aku pun mencobanya.
Pie apel yang mereka suguhkan berbeda dari pie apel a la Amerika. Pie ini menggunakan vla yang, seperti kata Artie, rasanya tidak eneg! Lalu kue coklat dengan semacam cream di atasnya sekilas tampak eneg, tapi ternyata lezat. Lagi-lagi, krimnya tidak membuatku eneg.
Pukul 9 malam, kami tergesa-gesa menghabiskan makanan kami, karena shift-nya habis. Yup, karena keterbatasan kursi, soft launching The Beach dibagi menjadi dua shift.
Anyway, kali ini aku bersyukur karena Mr. A tidak suka sayur-mayur dan buah-buahan, karena porsi dia bisa aku santap tanpa banyak bicara. :)
Ayam dan kentang gorengnya enak. Tapi kesanku justru kuat pada sayur-mayur gorengnya. Dari awal ketika disajikan, sebenarnya aku sudah tidak memiliki ekspektasi apapun pada sayur-mayur itu. Isinya yang sederhana (terong, jamur, kembang kol, brokoli, dan bawang bombay) tidak membuatku serta-merta tertarik.
Yah, itu mutlak karena pada dasarnya aku tidak begitu suka sayuran yang tampak 'basic'. Biasanya aku suka sayuran ketika itu dicampur dengan cream sauce, atau dijadikan capcay, atau apalah. Yang harus kelihatan 'rasanya'.
Tapi, apa yang terjadi?
Ketika aku memberanikan diri mencicipi campuran sayur-mayur goreng itu, aku terkejut. Ya karena ternyata rasanya tidak se-'basic' yang kubayangkan.
Terongnya justru bisa terasa manis. Lalu ada rasa gurih dari tepungnya. Untuk sayur-mayur yang lain juga sama. Kandungan airnya sudah tidak terlalu banyak, rasanya muncul, dan tetap gurih. Kubilang pada Artie, sajian sayur-mayurnya membuatku tidak lagi sepenuhnya menjauhi sayuran.
Belum habis sayur-mayurku, Artie mengeluarkan kue-kue buatan pacarnya. Ada dua macam: kue coklat dan pie apel.
"Makanan utama dan pasta yang buat kakaknya, tapi kue-kue yang seperti ini yang buat Fabio," ujar Artie.
Menurutnya, rasanya istimewa karena tidak eneg. Aku pun mencobanya.
Pie apel yang mereka suguhkan berbeda dari pie apel a la Amerika. Pie ini menggunakan vla yang, seperti kata Artie, rasanya tidak eneg! Lalu kue coklat dengan semacam cream di atasnya sekilas tampak eneg, tapi ternyata lezat. Lagi-lagi, krimnya tidak membuatku eneg.
Pukul 9 malam, kami tergesa-gesa menghabiskan makanan kami, karena shift-nya habis. Yup, karena keterbatasan kursi, soft launching The Beach dibagi menjadi dua shift.
Anyway, kali ini aku bersyukur karena Mr. A tidak suka sayur-mayur dan buah-buahan, karena porsi dia bisa aku santap tanpa banyak bicara. :)
No comments:
Post a Comment