Pages

Monday, April 19, 2010

Teri Kecil di Gadjah Mungkur


Pertama kali mendengar kata Waduk Gadjah Mungkur, yang terlintas di ingatan adalah daerah Wuryantoro dan jalanannya yang halus. Lalu teringat pemandangan luar biasa yang aku lihat bersama seorang teman ketika pulang dari Pacitan.

Namun, yang aku lihat paling menakjubkan dari pemandangan Waduk Gadjah Mungkur adalah perjalanan bersama Pak Nono ketika pergi melayat ke Ponorogo. Ia memilihkan jalan yang berbeda dari biasanya dan melewati Waduk tersebut dengan pemandangan yang juga berbeda. Jembatan agak panjang yang kami lewati itu menyeberangi sisi pinggir Waduk Gajah Mungkur. Karena pemandangan air yang nyaris tak terhingga, aku merasa seperti menyebrangi laut dengan mobil.

Itulah kenapa, pada salah satu hari libur kami, aku mengajak Arya untuk mengunjungi Waduk yang terletak sekitar 3 km dari di selatan Kota Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Perjalanan menuju waduk tersebut membutuhkan waktu sekitar satu jam, melewati banyak pedesaan Klaten. Selama perjalanan itu, kami memang tidak berharap banyak pada keindahan pemandangan.

Malahan, aku cuma ingin mengajak Arya ke jembatan itu.

Dan benar saja, ketika sampai di Waduk Gajah Mungkur, aku tidak tahu apa yang harus kami lakukan selain menjerit terpana pada saat melewati jembatan tersebut. Hanya itu.

Lalu, pemandangan berganti dengan tempat wisata tipikal. Waduk Gajah Mungkur, dengan banyak pedagang kaki lima dan kawasan wisata yang tampak kotor.

Meski ada berbagai kisah legenda seperti pada umumnya tempat wisata-tempat wisata alam, sebenarnya danau buatan ini sendiri mulai dibangun pada tahun 1970 dan beroperasi di tahun 1978.

Dengan cakupan wilayah seluas kurang lebih 8800 ha di 7 kecamatan, Waduk Gajah Mungkur bisa mengairi sawah seluas 23600 ha di daerah Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen. Selain untuk memasok air minum Kota Wonogiri, waduk ini juga menghasilkan listrik dari PLTA sebesar 12,4 MegaWatt.

Saat pembangunan waduk ini, Pemerintah harus mengosongkan banyak lahan yang telah ditempati penduduk. Untuk itu, Pemerintah mengupayakan transmigrasi Bedhol Desa ke Sitiung, wilayah Provinsi Lampung. Karenanya, mungkin saja di daerah Sitiung ada desa bernama Wonogiri. Biasanya begitu, bukan?

Sebagai tempat rekreasi, selain danaunya itu sendiri, Waduk ini tidak menawarkan sesuatu yang unik dan menarik. Beberapa boat memang disediakan untuk digunakan oleh wisatawan yang ingin mengelilingi waduk. Tapi untuk melihat apa?

Di sekeliling waduk juga bisa dijadikan tempat piknik yang menyenangkan, terutama dengan pepohonannya yang menaunginya. Tapi, di sekitarnya juga banyak orang dan akibatnya ketenangan yang seharusnya ada, hilang. Memang, Waduk ini sangat cocok bagi mereka yang suka memancing.

Dan mereka yang suka makan ikan wader. Seperti kami. :)


Ikan wader yang dijual di sepanjang jalanan masuk memang enak. Saranku, coba dulu sebelum memutuskan membeli. Ada wader yang terasa asin dan ada yang terasa hambar. Dan lagi, agak susah membedakan antara wader dengan teri loh...

2 comments:

RonggoLawe said...

nggak pernah denger daerah Sitiung di lampung...:(

bulb-mode said...

Aku juga belum pernah denger... itu cuma nulis-nulis aja... :p

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...