Pages

Monday, August 25, 2008

Uniquely Singapore: Sindrom Belanja Akut


Apa yang akan aku lakukan di Singapura? Berkunjung ke rumah singa berbadan mermaid yang bernama Merlion?

Pertanyaan itu terus berkeliling di otakku selama perjalanan menuju Singapura. Ia menjelajah setiap sel abu-abu yang merespon.

Sayangnya, jawaban yang aku dapat selalu sama: BELANJA! Dan itu memberikan nuansa mual di awal perjalananku.

Pada dasarnya, aku tidak begitu suka dengan wisata belanja. Okelah, di setiap liburanku, aku memang selalu menyempatkan diri mengunjungi beberapa toko souvenir untuk berbelanja oleh-oleh. Tapi aku belum pernah merencanakan sebuah liburan untuk berbelanja.

Singapura memang terkenal sebagai negara tujuan untuk berbelanja. Uniquely Singapore, yang keunikannya dicurigai karena satu kota penuh dengan tempat belanja. Bahkan di suatu mall menyediakan diskon tambahan bagi wisatawan manca.

Wah... wah...

Malam kedatangan kami, Leo langsung mengajak kami berjalan-jalan di sekitar Clarke Quay. Jalanan di sepanjang sungai yang dipenuhi dengan lampu dan cafe yang nyaman. Ini sambutan yang menyenangkan. Cara melewati malam dengan menarik.


Pertama kali berjalan kaki di Singapura, dan aku langsung merasa nyaman. Semua serba bersih, rapi, dan tertata. Dan walau itu sudah cukup malam, suasananya benar-benar aman. Tak ada ketakutan akan preman mabuk yang tiba-tiba mengganggu indahnya malam. Yah. Tidak ada tindak-tanduk yang mengkhawatirkan dari siapa pun. Atau itu hanya perasaanku saja?

Hari berikutnya, wisata belanjaku dimulai. Kami menyusuri Orchard Road, keluar-masuk mall. Belanja ini-itu. Dan malamnya kami mengunjungi Bugis Village. Masih belanja ini-itu.

Tapi tempat ini lebih menarik. Barang-barang yang dijual kebanyakan souvenir, jadi tidak terlalu 'umum'. Paling tidak, lebih menyegarkan untuk dilihat. Dan barangnya lumayan murah. Otomatis, kegiatan belanja menjadi lebih kalap.

Esoknya, kami masih berbelanja. Mustofa adalah tujuan pertama. Toko souvenir yang menyediakan berbagai souvenir murah meriah. Mulai dari makanan hingga parfum. Lalu kami kembali ke Orchard Road. Lagi.

Hari itu, aku mulai mual terhadap yang namanya belanja. Dan aku mulai bosan melihat mall. Padahal ini baru hari kedua, dan tidak sepantasnya aku mengeluh.

Untungnya di sore hari kami berwisata ke Sentosa Island. Berputar-putar tanpa belanja. Berfoto-foto dan menikmati sore yang menyenangkan.

Di hari terakhir, kami menyempatkan diri ke Esplanade dan China Town (tanpa belanja!). Waktu yang tersedia tak terlalu banyak, kami harus mengejar pesawat ke Malaysia.


Dua malam berlalu dan kakiku terasa kencang akibat terus-menerus berjalan kaki, dengan membawa ransel yang berat dan tas kamera. Dipadu dengan makan yang teratur dengan porsi yang tidak berlebihan, ini sekaligus menjadi program pelangsingan yang efektif. Hihi...

Sedikit catatan, aku kesulitan menikmati makanan di Singapura. Selain karena kurang pengetahuan lokasi, di sana banyak restoran yang menyediakan makanan yang tidak halal. Amannya, kami memilih makan di Ayam Penyet Ria (sama seperti yang di Solo kah?) dan Restoran Jawa Timur, dengan menu gado-gado.

Yeah...

4 comments:

dhiraestria dyah said...

ndie, belanjabelanji yuks.
kamu pati udah jago milih barang diskonan kan.. :D
btw, mana foto krabi-nya?

RonggoLawe said...

ndo..klo ke bdg ak nggak mau nganter km ke FO2 n Distro2..huehehe piss!

Anonymous said...

jangan lupa k little india

bulb-mode said...

dhiraestria dyah:
Wueguah... eh, gpp ding asal cuma satu hari aja... :p Perjalanannya blon ampe Krabi, Dhir...fotonya blon bisa dimuat...kebijakan redaksi... :-S

ronggolawe:
Aku yo g akan minta dianterin ke FO-FO atawa distro-distro... mending kita nongkrong di tempat langganan kita aja ya Lam... :p

thea:
Itu dimana y? Oh...aku nggak ke sana... :-S

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...