Pages

Monday, March 28, 2011

A Place Called Kampung Sampireun


Tempat apa yang kamu inginkan untuk bersantai setelah didera keribetan pra-pernikahan dan rambut yang dijambak selama 9 jam?

Aku memilih tempat yang sunyi, dingin, santai, bersih, dan indah. Unik dan menarik, tentu saja merupakan poin plus.

Itulah kenapa aku dan Arya menjatuhkan pilihan ke Kampung Sampireun yang terletak di Garut. Walaupun perkiraanku perjalanan akan membutuhkan waktu 10-11 jam, kami nekat memilih road trip dengan alasan agar acara dapat fleksibel.


Dan meski di GPS Arya hanya disebutkan 6 jam, total perjalanan kami mencapai 13 jam! :-S

Tapi semua rasa lelah dan penat selama perjalanan terbayar begitu kami memasuki kompleks resort tersebut. Dengan hawa pegunungan yang sejuk, rintik-rintik gerimis, bangunan tradisional yang mewah, aku langsung merasa santai.

Efeknya luar biasa. Bahkan bisa membuatku tetap tenang meski ternyata CF-ku (lagi-lagi) tertinggal, padahal kamera dan wide lens sudah disiapkan!

gunung dan danau...
Kampung Sampireun memang sengaja dibangun dengan atmosfir kampung tradisional Sunda yang kuat, di ketinggian sekitar 1.000 m di atas permukaan laut. Pantas udaranya sejuk sekali. Menurut informasi, suhunya sekitar 12-18 derajat celcius.

Kedatangan kami sore hari itu disambut dengan gendhing Sunda yang langsung membuatku nyaman. Welcome drink yang disediakan: bajigur hangat, lengkap dengan camilan rengginang.

Sesuai namanya, sebuah danau - yang dinamakan Situ Sampireun (Situ = Danau; Sampireun = Tempat Singgah) - terletak tepat setelah Lobby. Danau ini merupakan fokus dari resort ini. Luasnya sekitar 1,5 hektar, dan bungalow-bungalow dengan berbagai tipe di bangun di pinggirnya. Meski berwarna kehijauan, danau alami ini bersih. Tujuh mata air yang masih mengalir, membuat air di danau ini terus berganti. Sebagian alirannya keluar ke perkampungan dan dimanfaatkan untuk pengairan sawah-sawah penduduk.

Untuk memperindah danau ini, pengelola Kampung Sampireun memelihara ribuan ikan mas di danau tersebut. Tidak seperti di kolam pemancingan, ikan-ikan ini diternakkan untuk dipelihara, bukan untuk dikonsumsi.

Pasti ikan mas-ikan mas lain iri kalau melihat mereka.

Di sekitar danau, pepohonan alami masih dipertahankan. Yap, Kampung Sampireun masih dipenuhi oleh pepohonan favoritku: pinus. Surga! :) Belum lagi dua gunung yang mengapit resort ini: Gunung Guntur dan Gunung Papandayan. Serasa di Selo.

Selain untuk pemandangan, danau juga dimanfaatkan untuk aktivitas sehari-hari. Di setiap bungalow di pinggir danau disediakan sampan sebagai alat transportasi. Nah, para tamu yang menginap bila ingin ke restoran, spa, atau bahkan ke lobby, bisa memilih berjalan kaki mengelilingi danau atau menyeberangi danau dengan sampan tersebut.

ojek sampan.. hihi!
Tak hanya itu, kegiatan di Kampung Sampireun ini memang sengaja dibangun dengan memanfaatkan danau. Pengelolanya berhasil memanfaatkan danau untuk mendukung keunikan Kampung Sampireun. Menurutku, ini salah satu kekuatan Kampung Sampireun.

Meski terletak agak jauh dari kota, namun tamu yang menginap (seperti kami) tidak akan mati kebosanan di resort tersebut. Justru begitu sampai, kami langsung tidak tertarik untuk berpetualang ke luar resort.

sampan siap pakai...
Semakin puas berkat makanan-makanan tradisionalnya yang lezat. Tak lupa cara penyajian yang mereka lakukan.

Setiap pagi, sekitar pukul 6.30 ketika hawa masih dingin menggigit dan kabut masih menggantung, sampan-sampan sudah mulai berseliweran membawakan serabi hangat ke teras-teras kamar yang menghadap ke danau.

serabi dan pagi...
Pagi itu, aku mendapat serabi kuah yang rasanya sangat nikmat. Untung Arya tidak suka, jadi aku dapat porsi dobel. Menjelang siang, berbagai kegiatan bisa dilakukan. Bisa tour desa, spa, foto-foto, atau sekedar bersampan berkeliling danau.

Sore hari, pukul 5, sampan-sampan kembali berseliweran menghantarkan afternoon tea/coffee lengkap dengan beraneka gorengan. Sekali datang, kami mendapat tiga macam gorengan.

Bayangkan saja, di suasana yang sejuk dengan gemericik rintik hujan, di teras yang menghadap ke danau, gorengan dan teh hangat siap menemani. Kadang kala, ada juga acara "Calung", kesenian tradisional yang dipentaskan di atas rakit di tengah danau.

Katanya sih dimainkan sore hari ketika ada tamu baru yang datang.

Nah, ketika malam datang, sampan kembali datang menghidangkan "Sekoteng". Tak ada suara selain gumaman-gumaman kecil, kecipak air yang dilalui sampan, dan suara Kecapi Suling yang mengalun lembut, mengantarkan kedamaian ke pelosok Kampung.

Di paket yang kami ambil, kami juga mendapatkan dinner di atas rakit di tengah danau. Di tengah sunyinya Kampung, di antara remang-remang cahaya lilin dan pendar lampu teras di pinggir danau. Menyenangkan.

remang-remang dinner di rakit...
Kampung Sampireun ini terletak di Kampung Ciparay, Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Luas totalnya mencapai 5,5 hektar. Dengan 22 bungalow, Kampung Sampireun tidak akan terlalu 'padat' dan tidak akan sulit mencari kamar juga bagi tamu yang ingin menginap di sana.

bungalow...
Sebagai resort, Kampung Sampireun juga dilengkapi dengan "Seruling Bambu Restaurant", "Bale Putri Amantie Multifunction Room", "Kiara Payung Meeting Room" yang tradisional, "Taman Sanghyang Dayu", Kolam Renang, dan "Taman Sari Royal Heritage Spa".

Oh ya, Thea, mereka juga punya "Children Playground".

Yang unik juga adalah cafe mereka yang dinamakan "Waroeng Kopi". Konsepnya memang benar-benar warung kopi di perkampung sebagai tempat interaksi Warga Kampung - di sini berarti tamu dan Karyawan.

Jadi, apakah aku puas dengan paket honeymoon yang ditawarkan Kampung Sampireun? Yap. Sangat. Recommended! :)



* PS: Tambahan foto dan informasi.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...