Bagiku, bioskop menjadi penanda jenis film apa yang sebenarnya aku suka. Lengkap dengan efek yang ingin didapat.
Film di TV yang bisa diakses dengan (hampir) gratis membuat menonton film seperti sesuatu yang taken for granted. Film dari persewaan DVD bajakan juga lebih pada coba-coba film. Harapan akan efeknya, nyaris tidak ada. 'Menghibur' saja sudah cukup.
Film di TV yang bisa diakses dengan (hampir) gratis membuat menonton film seperti sesuatu yang taken for granted. Film dari persewaan DVD bajakan juga lebih pada coba-coba film. Harapan akan efeknya, nyaris tidak ada. 'Menghibur' saja sudah cukup.
Sementara, menonton film di bioskop (terutama di akhir minggu) memiliki nilai lebih karena selain harus mengeluarkan uang yang bisa dibilang mahal, aku juga harus meniatkan diri untuk mengantri tiket atau top-up M-Tix dan mencari parkiran.
Itu kenapa, ekspektasi efek dari menonton di bioskop menjadi lebih.
Mungkin banyak orang yang suka menonton film aksi di bioskop karena efek dari suara dan layar lebarnya bisa membuat film makin spektakuler. Ada yang suka menonton film drama di bioskop karena dramanya bisa lebih 'dapet'. Penyuka film horor bisa makin heboh menonton pocong sebesar layar bioskop.
Kalau aku, paling suka menonton film komedi di bioskop. Alasannya sepele. Aku bisa tertawa bersama-sama. :)
Komedinya bukan lantas yang teen-slapstick seperti Scary Movie dan kawan-kawan. Bukan juga komedi maksa seperti Get Married. Aku lebih suka menonton film animasi.
Seperti semalam, aku dan Mr. A memilih untuk menonton Kung Fu Panda 2 dari pada tiga film unggulan lainnya: Harry Potter, Transformers, dan Fast and Furious.
Pertama, karena aku tidak mengikuti Harry Potter dan Transformers. Kedua karena antara Kung Fu Panda dan Fast and Furious, pasti akan jauh lebih lucu Kung Fu Panda.
Memang, pada akhirnya tidak semua film animasi selucu itu.
Ice Age yang kata banyak orang sangat lucu pun belum terlalu lucu, bagiku. Masih lebih lucu Kung Fu Panda. Tapi tetap saja menyenangkan untuk ditonton. Film Up yang kusangka sangat lucu, ternyata malah membuatku menangis di 15 menit pertama film tersebut.
Lilo & Stich awalnya kusangka akan membosankan, tapi ternyata justru sangat lucu.
Lalu ada juga animasi seperti Happy Feet, Monsters vs Aliens, dan Gnomeo & Julliet yang hanya membuatku terkikik sedikit. Kecewa sih, tapi lebih karena ekspektasiku sendiri.
Kalau menurutku, juara film animasi terlucu yang pernah kutonton sampai saat ini adalah Madagascar 2: Escape 2 Africa. Setelah itu, diikuti oleh Megamind yang menyuguhkan plot cerita yang berbeda.
Posisi ketiga dan yang lainnya tidak bisa diurutkan.
Film-film animasi asing itu memang membuatku tertarik, tapi bukan sekedar karena teknik animasi keren, poster, promo, dan trailer-nya yang lucu. Aku juga terkagum-kagum karena jalan cerita serta naskahnya yang selalu 'segar' dan sederhana (dan aman). Selain itu, yang juga kerap membuatku salut adalah pesan-pesan yang tidak biasa tapi mengena.
The Princess and the Frog yang tampak sangat 'film kemratu-ratu' ternyata justru menyuguhkan nuansa komunitas Afrika-Amerika dengan kental, lengkap dengan alunan jazz dan sup Gumbo mereka.
Sementara, pesan-pesan moralnya pun tidak selalu 'kejarlah mimpimu' atau 'kamu bisa menjadi apapun yang kamu mau'. Kung Fu Panda 2 sendiri mengangkat pesan semacam 'Bagaimanapun latar belakangmu, itu tidak penting. Yang penting adalah bagaimana kamu memilih masa depanmu.'
Menurutku sih itu keren.
Daftar animasi sebenarnya tidak berhenti di situ saja. Masih banyak film animasi lain yang sangat layak tonton, seperti Toy Story hingga Wall-E dan Finding Nemo. Tapi aku tidak bisa menuliskannya satu per satu.
Nah, sekarang ini aku sedang ingin sekali menonton Rio: The Movie. Udah main belum sih?
No comments:
Post a Comment