Panji, usia 5 bulan |
Memiliki Panji kecil membuat duniaku jungkir balik. Aku nggak tau apa yang harus aku lakukan. Aku nggak tau apa yang dia butuhkan. Aku nggak tau bagaimana berkomunikasi dengannya. Karena itulah aku berpaling pada buku-buku, artikel-artikel, hingga saran-saran dari orang terpercaya.
Tapi kemudian informasinya justru menjadi terlalu banyak. Buku A menyuruhku untuk mulai menjadwalkan minum Panji sejak usia 2 bulan. Artikel X menyuruhku untuk memberikan ASI kapan pun Panji minta. Buku B berbicara tentang jadwal tidur bayi dan ibunya. Artikel Y membahas tentang makanan apa yang boleh dan tidak boleh dimakan ibu menyusui.
Belum lagi tekanan sosial yang lagi tren tentang ASI eksklusif dan 'haram'-nya penggunaan dot.
Jujur saja, gerakan untuk ASI eksklusif ini sebenarnya sangat baik, tapi justru membuatku tersiksa. Terbebani luar biasa, karena menyusui itu nggak mudah. Yang kurasakan, gerakan ini nggak merangkul ibu baru yang ingin belajar menyusui, tapi seakan-akan berkata, "Kamu harus menyusui! Semua ibu pasti bisa. Kalau nggak bisa, itu bukan karena kamu nggak bisa menyusui, tapi kamu malas berusaha!" tanpa mendengarkan bagaimana kondisiku dan apa yang membuatku bingung.
Oke.
Lalu aku mulai berjumpa dengan status-status di media sosial, tulisan-tulisan di blog, tentang apa yang baik dan apa yang buruk untuk anakmu. Bagaimana cara terbaik mendidik anak. Bagaimana menjadi ibu yang baik untuk anakmu. Bagaiman kebiasaan-kebiasaan yang bisa berakibat buruk bagi anak. Bagaimana membatasi peran orang di luar keluarga dalam membesarkan anak. Dan ini. Dan itu. Yup, sebagian membuatku berpikir "Apa aku salah? Apa caraku membesarkan Panji salah?"
Meski bisa kubilang aku cukup cuek perihal anak ini, tapi mau tidak mau perasaanku tetap terbebani. Aku sempat berpikir, jangan-jangan nanti Panji jadi anak yang 'salah'. Tapi kemudian aku kembali berpikir, apa sih anak yang salah? Patutkah aku membuat aturan-aturan keras pada anak yang baru belajar mengenali sekitarnya?
Pada saatnya nanti, aturan memang harus ada dan harus tegas. Tapi, sekarang? Di usia Panji yang masih belum genap 6 bulan?
Semua tulisan ingin berbagi informasi memang, tapi aku merasa digurui. So, I choose to follow my instinct. Apa yang menurutku cocok dan benar, aku lakukan. Termasuk menggunakan dot. Termasuk menggendong Panji untuk menidurkannya. Termasuk langsung menghampirnya kalau Panji 'memanggil'.
Aku ingin Panji tau kalau aku akan selalu ada untuknya. Paling nggak, untuk saat ini, itu yang ingin kutanamkan kepadanya.
Aturan-aturan dari buku, artikel, obrolan, pengalaman orang lain belum tentu cocok untuk kami. And, there is no such thing as a manual book for human being. Nggak ada aturan bakunya karena setiap ibu dan anak itu unik. Nggak ada namanya 'salah' dan 'benar' karena semuanya harus disesuaikan dengan kondisi keluarga tersebut.
Aku memang punya idealisme dalam membesarkan Panji, tapi kupikir aku juga harus punya fleksibilitas tertentu. Bukankah begitu?
2 comments:
halo Dik Panjiii... Udah besar sekarang ya :)
Post a Comment