Sejak semula, aku sudah diperingatkan orang-orang tentang susu kambing. Ada yang bilang prengus lah, ada yang bilang prengus lah, ada juga yang bilang prengus. Hihi! Itu bukan salah ketik, tapi memang intinya semua yang memberiku masukan, bilang kalau susu kambing itu prengus. :p
Karena hasrat minum susu kambing sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu, maka peringatan itu kuabaikan. Toh, warung susu kambing yang akan kudatangi bernuansa pop. Kedai Susu Kambing yang terletak di Ring Road utara, sebelah barat perempatan Gejayan, selatan jalan. Papan namanya besar, bwerarna hijau menyala, dengan gambar kambing etawa - yang menurut Hera lucu. Seharusnya, rasanya juga sudah di-pop-kan, bukan?
Lagi pula, aku pernah mendengar bahwa susu kambing memiliki sisi keunggulan tersendiri... meski aku lupa sisi apa itu...
Maka, di waktu yang sudah ditentukan, aku dan Hera bertemu di Kedai Susu Kambing untuk menikmati susu kambing, sekaligus mencari tahu apa keunggulannya. Kalau memang prengus, kenapa masih banyak yang membelinya?
Karena itu, aku pun memesan Susu Kambing Murni. Hera bergidik sesaat, dan memilih memesan teh. *Teh...? Pesan teh di warung susu kambing...?*
"Aku nanti nyicip pesenanmu aja, Ndie..." ujarnya.
Yah sudah lah. Yang penting mau menemani mencoba. Untuk teman minum susu, Kedai Susu Kambing menyediakan jagung bakar, roti bakar, pisang bakar, dan ketela bakar. Aku memesan roti bakar keju, dan Hera memesan pisang bakar keju.
Ternyata, harga susu kambing ini agak lebih mahal dari harga susu sapi langgananku. Harga per gelasnya Rp 10.000,-. Sementara kalau mau yang spesial, harganya Rp 25.000,-.
Pesanan kami akhirnya keluar. Karena penasaran, aku pun langsung mencicip susu kambing murni itu.
Hm. Tegukan pertama terasa gurih dan ringan, meski ada rasa aneh yang menyelip dan tidak terjelaskan. Lalu aku kembali meneguknya. Hera juga. Rasa anehnya muncul lagi. Setelah hampir sepertiga gelas, baru jelas rasa aneh apa itu...
Prengus!
Ya! Rasa prengusnya makin terasa di tegukan-tegukan selanjutnya. Dan lama-lama membuatku mual. Seperti minum susu di sebelah kandang kambing.
"Amis! Aku baru mau bilang amis, sebelum kamu bilang prengus tadi. Tapi, ya, prengus lebih cocok," ujar Hera setuju.
Oke deh, akhirnya aku tidak berhasil menghabiskan pesanan susu murniku tadi. Perutku terasa mual, dan aku ternyata tidak cocok dengan susu kambing. Hera pun begitu.
"Tapi aku masih mau kok ke sini," katanya. "Pisang bakarnya enak!"
Yup. Terlepas dari rasa susu kambing itu, camilan yang rata-rata seharga Rp 5.000,- memang enak. Tempatnya pun nyaman, terbuka, terang, dengan kursi lebar-lebar. Aku juga mau ke sana lagi.
Untuk susu kambingnya sendiri, aku disarankan kalau ke sana lagi, agar memesan susu kambing yang ada rasanya. Di sana memang menjual yang rasa stroberi dan coklat sih... dan kata Indra, yang coklat tidak terasa prengus. Patut dicoba!
Tapi, yang aku makin penasaran, kalau di tempat yang pop seperti ini saja rasa susu kambing itu tetap terasa prengus, bagaimana di tempat lain ya?
* Hampir lupa. Keunggulannya, susu kambing ini cocok untuk mereka yang membutuhkan asupan susu tapi alergi terhadap susu sapi. Selain itu, ada keunggulan lain dari sisi kesehatan yang aku tidak sempat mencatat... :p
Karena hasrat minum susu kambing sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu, maka peringatan itu kuabaikan. Toh, warung susu kambing yang akan kudatangi bernuansa pop. Kedai Susu Kambing yang terletak di Ring Road utara, sebelah barat perempatan Gejayan, selatan jalan. Papan namanya besar, bwerarna hijau menyala, dengan gambar kambing etawa - yang menurut Hera lucu. Seharusnya, rasanya juga sudah di-pop-kan, bukan?
Lagi pula, aku pernah mendengar bahwa susu kambing memiliki sisi keunggulan tersendiri... meski aku lupa sisi apa itu...
Maka, di waktu yang sudah ditentukan, aku dan Hera bertemu di Kedai Susu Kambing untuk menikmati susu kambing, sekaligus mencari tahu apa keunggulannya. Kalau memang prengus, kenapa masih banyak yang membelinya?
Karena itu, aku pun memesan Susu Kambing Murni. Hera bergidik sesaat, dan memilih memesan teh. *Teh...? Pesan teh di warung susu kambing...?*
"Aku nanti nyicip pesenanmu aja, Ndie..." ujarnya.
Yah sudah lah. Yang penting mau menemani mencoba. Untuk teman minum susu, Kedai Susu Kambing menyediakan jagung bakar, roti bakar, pisang bakar, dan ketela bakar. Aku memesan roti bakar keju, dan Hera memesan pisang bakar keju.
Ternyata, harga susu kambing ini agak lebih mahal dari harga susu sapi langgananku. Harga per gelasnya Rp 10.000,-. Sementara kalau mau yang spesial, harganya Rp 25.000,-.
Pesanan kami akhirnya keluar. Karena penasaran, aku pun langsung mencicip susu kambing murni itu.
Hm. Tegukan pertama terasa gurih dan ringan, meski ada rasa aneh yang menyelip dan tidak terjelaskan. Lalu aku kembali meneguknya. Hera juga. Rasa anehnya muncul lagi. Setelah hampir sepertiga gelas, baru jelas rasa aneh apa itu...
Prengus!
Ya! Rasa prengusnya makin terasa di tegukan-tegukan selanjutnya. Dan lama-lama membuatku mual. Seperti minum susu di sebelah kandang kambing.
"Amis! Aku baru mau bilang amis, sebelum kamu bilang prengus tadi. Tapi, ya, prengus lebih cocok," ujar Hera setuju.
Oke deh, akhirnya aku tidak berhasil menghabiskan pesanan susu murniku tadi. Perutku terasa mual, dan aku ternyata tidak cocok dengan susu kambing. Hera pun begitu.
"Tapi aku masih mau kok ke sini," katanya. "Pisang bakarnya enak!"
Yup. Terlepas dari rasa susu kambing itu, camilan yang rata-rata seharga Rp 5.000,- memang enak. Tempatnya pun nyaman, terbuka, terang, dengan kursi lebar-lebar. Aku juga mau ke sana lagi.
Untuk susu kambingnya sendiri, aku disarankan kalau ke sana lagi, agar memesan susu kambing yang ada rasanya. Di sana memang menjual yang rasa stroberi dan coklat sih... dan kata Indra, yang coklat tidak terasa prengus. Patut dicoba!
Tapi, yang aku makin penasaran, kalau di tempat yang pop seperti ini saja rasa susu kambing itu tetap terasa prengus, bagaimana di tempat lain ya?
* Hampir lupa. Keunggulannya, susu kambing ini cocok untuk mereka yang membutuhkan asupan susu tapi alergi terhadap susu sapi. Selain itu, ada keunggulan lain dari sisi kesehatan yang aku tidak sempat mencatat... :p
No comments:
Post a Comment