Pages

Saturday, December 29, 2007

Oya? Soto Sawah dari Tahun 1925?


Namanya Soto Sawah Bu Harso. Letaknya di Jl. Adi Sumarno, Tohudan, Colomandu, Solo.

Dulu, sepertinya tempat ini benar-benar berada di antara sawah-sawah. Tapi sekarang, warung berdinding kayu itu terletak di tepi sebuah pertigaan jalanan beraspal.

Monday, December 24, 2007

Aih... Lautan Merkuri!

Airnya dingin sekali. Dan gelap. Kenapa juga kapal ini harus menabrak karang dan mulai tenggelam? Percuma berlari, karena yang aku temui hanyalah ujung kapal dan air laut. Yang dingin dan gelap tadi.

Kulihat orang-orang di sekitarku tidak panik. Bahkan pada saat mereka tahu kemiringan kapal terus bertambah dan air mulai membanjiri lorong-lorong kapal, mereka tetap tenang.

Monday, December 17, 2007

... nyanyian sendu hutan pinus ...


Di sana, di ujung tebing itu.
Aku merasakannya. Kamu?

Nyanyian sendu hutan pinus pun kembali mengalun,
Ditemani tarian lembut semilir kabut,
Dan tepukan sejuk bulir gerimis.

Ringan.

Ah, andaikan saja waktu terhenti.
Andaikan semua semudah itu.

Friday, December 14, 2007

Memotong Imaji di Pantai Srau, Pacitan

"Kalau begitu, ke mana kita esok?" tanyanya.

Pembatalan perjalanan hingga Purbalingga membuatku merasa sebaiknya mencari alternatif lokasi lain. Dan bukannya membatalkan secara keseluruhan. Mood yang sudah terlanjur bergelimang suasana jalan-jalan, tak seharusnya dipupuskan.

Langit cerah, dengan sedikit hiasan awan putih. Musim panas di tengah musim hujan. Summer break, istilah temanku dulu. Eh, season break, tepatnya. Yang jelas, ini benar-benar a-nice-weather-day!

Ponorogo: Dawet, Sate Ayam, dan Nasi Pecel

Berkeliling di suatu kota tanpa mencicipi makanannya? Ah, sepertinya sangat tidak afdol. Di Ponorogo, aku pun meminta tolong pada Mbak Erna untuk mengajakku ke tempat-tempat makan yang lezat. Atau paling tidak, yang khas.

Saatnya Berkeliling Ponorogo

Setelah sibuk menyelesaikan acara pengumpulan data tulisan di Ponorogo, akhirnya aku memiliki waktu luang untuk berkeliling Ponorogo. Dan melihat-lihat seperti apa sebenarnya kota Reog ini. Aku pun mulai menjelajah berbagai tempat yang menarik. Dari tempat-tempat mistis dengan berbagai legendanya, hingga tempat-tempat umum yang menjual berbagai oleh-oleh.

Wednesday, December 12, 2007

Menikah Sebelum Remaja? Duh...

Pertama kali aku mendengar tentang kisah pernikahan pra remaja adalah sewaktu aku masih duduk di SMP. Waktu itu, aku cukup kaget membayangkan ada anak seumuranku yang sudah punya anak. Sementara aku sendiri masih sibuk belajar membodohi sistem pramuka di sekolah.

Topik inilah yang kemudian aku jadikan sinopsis novel, syarat untuk mendaftar workshop yang diadakan oleh Yayasan Umar Kayam. Pernikahan pra remaja di suatu desa, yang aku belum tahu dimana dan seperti apa.

Friday, December 7, 2007

Desa Demungan, Ponorogo Coret


Siang itu, Desa Demungan tampak cukup ramai. Beberapa warganya duduk di depan rumah masing-masing. Bercengkerama sambil bekerja mengupas kulit jagung hasil panen. Ratusan - atau mungkin ribuan - jagung tertata di halaman-halaman rumah. Dijemur beralaskan anyaman bambu.

Desa yang terletak di salah satu perbukitan yang mengelilingi Kabupaten Ponorogo, tepatnya di Kecamatan Badegan, ini sebenarnya tak terlalu terpencil. Tak begitu jauh dari jalan besar. Dan hanya sekitar 45 menit dari kota Ponorogo. Namun Mbak Er menyarankanku untuk mengunjunginya dalam rangka mencari data untuk tulisanku.
 
Konon, desa ini merupakan desa yang memiliki budaya menikahkan anak perempuan mereka di bawah usia 12 tahun. Hm... bahkan sebelum mereka lulus SD.

Thursday, December 6, 2007

Ode untuk Selembar KTP*

Bukan. Ini bukan meniru cerpen Martin Aleida dalam Liontin Dewangga. Ini sebuah ode yang berbeda untuk selembar KTP yang berbeda.

Semua berawal dari gempa yang melanda Jogja. Gempa di bulan Mei tahun lalu memang membawa banyak perubahan, terutama bagi warga Jogja. Dari yang kehilangan, hingga mereka-mereka yang kecipratan berkah gempa. Berkah bencana eksotis, begitu katanya.

Nah, aku sendiri sebenarnya tak terlalu terpengaruh dengan adanya gempa. Alhamdulillah. Rumah yang terletak di bagian utara Jogja tak mengalami banyak gangguan. Hanya getaran kencang yang mengagetkanku di pagi hari. Dan berkah bencana eksotisnya? Hm... berkahku di saat gempa hanyalah perkenalan sesaat dengan seorang pria tampan yang tak membekas. Hihihi!

Tuesday, December 4, 2007

Legenda Lontong Tuyuhan

Awalnya hanya karena melihat suatu artikel di website. Lalu, Lontong Tuyuhan khas Rembang ini pun menjadi salah satu agenda utama kami dalam road trip di Rembang.

Sekilas, lontong tuyuhan tak jauh berbeda dari opor. Berkuah santan dan bewarna kuning, dengan ayam. Namun rupanya rasanya sedikit berbeda.

Rembang-Lasem Day Three: Rembang - Pati - Kudus - Demak - Semarang


Jam enam pagi, kami sudah siap meninggalkan kota Rembang. Mobil sudah dicuci, tas-tas sudah tertata, dan kopi setermos sudah selesai dibuat. Saatnya berangkat.

Hari itu, kami berencana pulang ke Jogja melalui jalan yang berbeda. "Sesuai sunnah Rasul," putus kami saat berangkat beberapa hari yang lalu.

Monday, December 3, 2007

Rembang-Lasem Day Two: Rembang - Lasem - Dadapan

Lasem terkenal akan batik tulisnya. Seperti batik di Pekalongan, atau Tuban, batik Lasem juga merupakan batik pesisir yang dulunya dibawa oleh pedagang keluar dari kraton dan dikembangkan di daerah-daerah pesisir yang multikultur. Tak heran sentuhan beberapa budaya kadang muncul dalam satu lembar kain batik.

Dulu, batik-batik tulis ini sempat mengalami masa kejayaannya. Tapi sekarang batik-batik mengalami apa yang disenut hidup segan, mati tak mau. Dari puluhan perajin batik, sekarang hanya sedikit yang tersisa. Hanya tinggal dua malah, sekilas aku dengar. Salah satunya Batik Purnomo yang kami datangi pagi-pagi hari agar dapat melihat pembuatannya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...