Pages

Monday, July 4, 2011

Makanan yang Crap!


"Life is too short to eat craps..."
- Jamie Oliver


"Tapi yang dia maksud crap itu sakjane makanan sehat atau junk food?" tanya seorang kawan dari ujung barat Indonesia.

Kutipan Jamie Oliver yang kukirimkan ke dia memang langsung ditanggapinya dengan super serius.

Wajar, karena sebelumnya kami berbicara tentang makanan dan pantangan. Lebih tepatnya pantangan dan makanan 'sehat'. Dia bercerita bahwa dirinya sudah mengurangi konsumsi daging-daging dari hewan berkaki empat. Sementara aku sendiri tidak suka menambah deretan pantangan makanan dari yang sudah diharamkan di Al Quran.

Terlalu banyak variasi makanan untuk dicicipi, kukatakan padanya. Terlalu banyak macamnya hingga kalau kita memantangkan satu saja jenis makanan, akan ada ratusan resep yang berakhir tidak dapat kucicipi.

Kecuali kalau urusannya dengan pantangan kesehatan dan program diet loh... bahkan dengan alasan itu pun aku tetap membutuhkan 'break'.

Itulah kenapa program diet-ku sering on-off.

Nah, di kutipan kata Jamie Oliver itu, kusimpulkan bahwa 'craps' bukanlah tentang makanan sehat ataupun junk food. Sebelumnya dia berbicara tentang betapa dia mencintai makanan dan memasak karena macamnya yang tidak akan habis dan penuh inovasi.

Jadi, mungkin yang dimaksud Jamie Oliver tentang craps itu - menurutku - adalah makanan yang membosankan. Yang setelah dipikir-pikir, aku juga sangat setuju.

Maksudku begini, satu bahan makanan tidak harus diolah dengan cara yang sama terus-menerus. Dan ini bukan sesuatu yang harus mahal...

Ambil saja contohnya tempe.

Kalau kita makan tempe goreng setahun sekali, itu namanya eksotis. Kalau kita memakannya beberapa minggu sekali, itu jadi biasa. Tapi kalau kita memakannya setiap hari, itulah yang kuanggap 'crap' versi Jamie Oliver.

Dan aku setuju.

Kalau kita hari ini masak tempe goreng bawang-uyah, dua-tiga hari kemudian stok tempe kita masih ada, bukan berarti kita harus masak tempe goreng bawang-uyah lagi, kan?

Sebagai variasi, bisa saja tempe itu dibuat seperti perkedel. Atau dibuat burger tempe seperti yang dulu sempat populer. Atau dioseng bersama bahan lain.

Kalau mau lebih kreatif lagi, olah tempe itu dengan bahan-bahan yang tidak biasa.

Hasilnya memang belum tentu langsung memuaskan, tapi namanya memulai sesuatu kan bertahap. Kalau baru mencoba, memang nekat apabila langsung mencoba berkreasi gila-gilaan dengan bahan yang tidak biasa.

Bisa-bisa malah keracunan.

Karena itu, tak ada salahnya mencontek resep sana-sini. Contoh resep-resep dari koran, tabloid, majalah, buku masak ibu, dan sebagainya. Kehabisan? Masih bingung mau mengolah seperti apa lagi?

Coba tanya Dik Gugel tentang variasi resep masakan tempe. Aku jamin, bakal keluar puluhan bahkan mungkin ratusan link yang bisa kita telusuri.

Kalau ada terlalu banyak alasan untuk tidak mencobanya, ya tidak apa-apa. Itu kan pilihan kita masing-masing. Aku pun tidak akan serta-merta langsung menghilangkan ke-crap-an menu harianku. Aku tetap harus beradaptasi.


Hanya saja, kutipan (dan cara memasak) Jamie Oliver itu luar biasa menginspirasiku. :)

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...