Pages

Tuesday, August 25, 2009

Mie Ongklok Wonosobo

Setiap kali mendengar kata Mie Ongklok Wonosobo, aku selalu mempunyai gambaran yang penuh imajinasi. Sepiring mie dengan mie berukuran sebesar mie Surabaya, berwarna kecoklatan, dan tampak manis. Seperti mie Surabaya langgananku. Tapi dengan tambahan siraman kuah kental seperti bumbu sate Padang.

Imajinasi itu muncul berkat cerita dari seorang temanku yang tidak menyukai Mie Ongklok. Katanya, rasanya aneh. Parahnya, dia sampai menambahkan kata-kata 'susah ditelan' dalam deskripsinya. Bahkan setelah melahap satenya. Itu membuatku sedikit bersyukur tidak mencicipi Mie Ongklok Wonosobo saat aku berkunjung ke sana beberapa tahun yang lalu.

Wednesday, August 12, 2009

Kain Tenun Bentenan: Harta Karun dari Minahasa

Mendengar kain bentenan, ingatanku melayang pada masa-masa aku mengumpulkan data untuk menulis tentang kain tenun. Kain asli Minahasa ini sempat hilang selama hampir 100 tahun, sebelum akhirnya mulai dilestarikan dan diproduksi kembali.

Di abad ketujuh, suku Minahasa sudah memproduksi busana. Mereka membuatnya dengan menggunakan bahan-bahan fuya dari serat kulit kayu pohon lahendong dan pohon sawukouw, serat nanas, koffo yang berarti serat pisang, serta wa'u yang berarti serat bambu.

Manado Day Four: Menghabiskan Sisa-Sisa



Manado rupanya lebih luas dari perkiraanku. Selain kota dan laut, gunung-gunung dan danau-danaunya tak kalah menarik. Di hari terakhir, kami sepakat untuk menghabiskan sisa tempat menarik yang belum kami kunjungi.

Beberapa wisata religi, seperti Patung Yesus Memberkati, Makam Imam Bonjol, dan Bukit Kasih yang merupakan tempat pertemuan dari lima agama di Indonesia. Di tempat ini, didirikan monumen lima agama, beserta tempat-tempat ibadahnya. Tapi untuk mengunjunginya, harus berjuang dengan menaiki ratusan (atau mungkin ribuan?) anak tangga yang tersedia.

Manado Day Three: Danau Linow dan Tanjakan Bukit Doa

Acara hari ini lebih banyak dihabiskan di perjalanan. Berkeliling melihat-lihat toko souvenir, salah satunya. Di Manado, aku memang mengalami kebingungan mencari souvenir. Kebanyakan kerajinannya banyak terdapat di Jogja, dengan harga yang berlipat-lipat ganda.

Dan kain-kain khasnya harganya di atas ratusan ribu. Fiuh...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...