Pages

Wednesday, November 7, 2007

Diet vs Budaya Lokal


Ternyata melewatkan berbagai hidangan lezat tidaklah sesulit yang aku bayangkan. Tinggal menguatkan niat dan ketelatenan. Lagi pula, lama-kelamaan, kalau kita menjalaninya dengan niat yang tulus, nasi putih dengan lauk bongko dan telur rebus bisa membuat kita cukup puas juga.

Paling tidak, itu bukanlah hal tersulit untuk dilakukan.


Bagiku, berada di lingkungan Jawa dengan adat "nggak kepenak", jauh lebih menyulitkan bagi program diet. Terutama saat bertamu dan berhadapan dengan orang yang lebih tua, dituakan, atau dihormati.

Seperti malam itu. Setelah menghabiskan setangkap roti tawar isi keju dan segelas besar jus jambu tanpa gula untuk makan malamku, Ibu tiba-tiba memaksaku untuk mengantarkannya ke suatu pertemuan RT yang diadakan di rumah salah seorang tetangga lama.

Jadilah malam itu, dengan perut kenyang, aku bertamu ke rumah Bapak Tetangga. Para undangan lain telah datang, dan aku terjebak di rapat bapak-ibu yang semuanya berusia sepantaran orang tuaku.

Asyik banget.

Rapat syawalan RT berjalan lancar. Dan semua baik-baik saja. Sampai ketika suguhan dari tuan rumah keluar. Suguhan berupa biskuit-biskuit ringan yang manis. Karena merasa 'nggak kepenak', kuambil satu, yang terkecil.

Lalu toples berisi coklat yang dibungkus dengan kertas emas, disodorkan oleh Ibu Tetangga secara khusus kepadaku, berulang-ulang. Aku berhasil mengelak. Andaikan Ibu Tetangga tahu susahnya menolak coklat. Segelas teh manis hangat menyusul, menemani kudapan kecil malam itu. Tak masalah.

Tapi rupanya itu baru pembuka.

Kemudian, hidangan kedua keluar, lapis legit yang ditawarkan Ibu Tetangga dengan begitu persuasif. Sepotong lapis legit beserta kandungan gula-gulanya pun berpindah ke perutku, demi alasan sopan santun. Masih tak masalah.

Dan penutupnya, semangkuk mie bakso. Lengkap dengan tahu gorengnya yang berminyak. Jelas, aku tak mampu menolaknya, walau lambungku yang kini sudah mengecil kuantitasnya terasa penuh. Apalagi bakso itu datang dengan embel-embel 'buatan sendiri'. Uh...

"Kenapa koq belum dimakan baksonya, Mbak Indie? Bakso buatan saya nggak enak ya?" tanya Ibu Tetangga yang baik hati dengan nada memelas, di depan umum.

Haduh... dietku malam itu pun berantakan...

6 comments:

Anonymous said...

Hehehehe...kasiannnn

bulb-mode said...

Sering kejadian tuh The... :p Apa lagi kalo ke pedesaan...

Anonymous said...

Iya jadi inget pas KKN tuh..setiap berkunjung ke warga, mesti disuruh maem.

bulb-mode said...

Nah, kalo pas KKN dulu, sekalian aku bilang ke ibu pondokan kalo lagi diet... :p Alhasil ibu pondokan nggak pernah maksa-maksain makanan... trus KKN-ku juga sangat 'unik', karena kita jaraaaaaaaaaaaang banget berkunjung ke warga... :p KKN setengah hati lah...

Anonymous said...

wah aku juga sama mbak...gagal diet gara2 tinggal sama sodara disuruh makan mulu...

btw salam kenal yak

bulb-mode said...

nadvi:
Huehehehe! Dan kalo nggak mau makan, trus biasanya sodaranya sensi... :p Sering kejadian juga kalo main ke rumah Budhe-Tante di luar kota... :(

Salam kenal juga!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...