"Ada yang menebar garam di depan rumah...!" bisik ayahnya tertahan. "Di depan gerbang rumah."
Pikiran mistis langsung menyerang orang serumah. Suasana malam membuat kalimat itu semakin mencekam. Konon kabarnya, dulu garam biasa ditabur di depan rumah orang agar mereka mendapat celaka.
"Ada yang mau mengguna-guna," ujar neneknya mencoba menyimpulkan. Tapi kenapa?
Pikiran mistis langsung menyerang orang serumah. Suasana malam membuat kalimat itu semakin mencekam. Konon kabarnya, dulu garam biasa ditabur di depan rumah orang agar mereka mendapat celaka.
"Ada yang mau mengguna-guna," ujar neneknya mencoba menyimpulkan. Tapi kenapa?
Tak ada yang tahu. Sekeluarga makin bingung. Apalagi dengan adanya bayi kecil anggota baru keluarga. Bayi kecil yang baru lahir, yang begitu lucu, begitu berharga, langsung diamankan pertama kali. Seperangkat kitab suci dipindahkan ke kamar sang bayi kecil yang terletak di depan, agar ia terhindar dari apa pun itu.
"Mungkin salah satu muridmu - atau orang tuanya," tambah pamannya dari ujung lain telepon.
Seember air diguyurkan ke depan gerbang agar garam-garam yang tersebar larut. Seakan itu bisa ikut melarutkan guna-guna yang ada. Sang bayi kecil menangis sebentar.
Malam semakin gelap, dan semua semakin mengantuk. Pintu-pintu kembali dipastikan terkunci. Semua memilih tidur dengan lampu menyala. Sang bayi dikeluarkan dari boks-nya dan dibawa ke kamar orang tuanya.
Tengah malam, akhirnya semua orang tertidur lelap. Kecuali bayi kecil beberapa kali terbangun.
-o0o-
Pagi-pagi, asisten rumah yang sudah sibuk menyapu halaman, berlari masuk ke rumah. Ia tak sabar menyampaikan berita besar.
"Pak! Yang menabur garam mengaku!" ujarnya, tergopoh-gopoh.
"Siapa?" tanya ayahnya. Kaget, ia keluar dari kamar sambil mengerutkan dahi.
"Tetangga sebelah," asistennya berdehem pelan. "Karena ada ular masuk ke rumahnya dan dia nggak ingin ularnya masuk ke rumah ini. Apalagi ada bayi kecil yang belum bisa apa-apa."
Moral cerita: Bayi kecil meningkatkan kepanikan orang banyak.
No comments:
Post a Comment