Tadinya, aku berencana menabung uangku hingga cukup untuk membeli sepeda listrik. Lalu gagal, bukan karena uangnya tidak cukup, tapi karena banyak pertanyaan "Untuk apa?". Apapun alasanku, tampaknya kurang kuat untuk membeli sepeda listrik. Apalagi setiap pertanyaan utamanya dikeluarkan: "Memang cari spare part-nya gampang?"
Kemudian uang itu benar-benar aku tabung di tabungan utamaku untuk pernikahan.
Aku pun mulai menabung lagi untuk membeli e-book. Tapi tidak jadi, karena e-book tidak dijual di Indonesia meski aku pernah melihat review-nya di majalah Tempo.
Satu-satunya (mirip) e-book yang masuk ke Indonesia hanyalah iPad. Maka aku berpindah mengincar iPad. Tapi gagal lagi ketika uang sudah di tangan dan iPad masuk ke Indonesia. Kenapa? Karena setelah kupikir-pikir, harganya saat itu tidak masuk di akal untuk sebuah 'mainan' ataupun 'kumpulan novel'.
Uangnya pun kembali aku tabung di tabungan utama untuk pernikahan, dan sebagian untuk mengganti HP yang sudah kupakai sejak tahun 2007.
Aku mulai menabung lagi untuk kamera digital karena sejak tidak menggunakan HP berkamera bagus, aku merasa butuh kamera saku. Tapi gagal lagi. Karena Arya mau memperbaiki kamera digitalnya saja yang menurutnya bagus, tapi rusak entah sejak kapan. Dan menurutku punya dua kamera digital mengarah pada pemborosan, karena aku sendiri sudah punya yang SLR.
Tapi sampai sekarang, kamera Arya belum juga diperbaiki. Malah sepertinya hilang. Akhirnya aku meminjam dari kakakku sebuah kamera digital yang aku tidak tahu bagaimana menyalakan flash-nya.
Sementara, uangnya sudah masuk tabungan utama. Ini berarti tidak bisa dikeluarkan lagi untuk perkara yang sama. Seperti masalah hukum.
Yeah, rite.
Sekarang aku ingin sekali beli netbook, dan masih ditunda-tunda entah sampai kapan. Padahal ada netbook murah di Computa yang sedang turun harga. :-S Karena terlalu sering menabung, aku jadi ragu mengeluarkan uang.
Padahal harusnya tidak apa-apa kan, ya?
Padahal harusnya tidak apa-apa kan, ya?
No comments:
Post a Comment