Pages

Sunday, June 24, 2007

Separuh Malam di Sagan

Semalam, kawasan Sagan menjadi lebih hidup daripada malam-malam sebelumnya. Berkat acara yang diselenggarakan oleh LIP, bekerjasama dengan resto-resto di sekitarnya. Mulai dari Bela Vita, Gabah Resto, hingga Steak Obonk dan SS yang terletak tepat di sebelah LIP.

Acara yang sebenarnya merupakan telah dimulai sejak malam tanggal 21 tersebut memang menawarkan sesuatu yang berbeda. para pemusik terpilih menunjukkan kebolehannya di halaman-halaman resto seputaran Sagan. LIP menampilkan iOiO yang membawakan musik instrumental dari Timur Tengah, Gabah Resto menyuguhkan penampilan Jasmine yang membawa nuansa santai namun romantis, belum lagi sayup-sayup musik jazz dari Bela Vita dan musik accoustic dari Steak Obonk.
 

Kesemuanya memang berdiri sendiri-sendiri. Namun tak tampak bersaing untuk menarik pengunjung terbanyak. Yang tampak, justru, mereka berkolaborasi untuk menghidupkan jalanan Sagan yang biasanya sepi.


Langit yang cerah dengan segala bintang dan bulan perbani-nya memancing aku dan temanku Dhira untuk memarkir kendaraan, dan menikmati malam dengan berjalan kaki menjelajah Sagan yang tak terlalu besar. Sesuatu yang sudah agak lama tidak kulakukan. Hawanya terasa dingin. Sudah sejak seminggu yang lalu hawa malam di Jogja terasa lebih dingin berkat musim kemarau yang telat datang.

Berjalan di jalanan kecil Sagan yang tak terlalu ramai dengan kendaraan ternyata lebih nyaman dari yang pernah kubayangkan. Terlebih dengan sayup-sayup aneka musik dari resto-resto yang tak terlalu ramai. Musik yang terdengar tidak hingar-bingar, kecuali mungkin penampilan The Zues di LIP yang membawakan aliran musik rock alternative. Secara keseluruhan, musik yang beragam tersebut berhasil mengisi kekosongan dari senyapnya suasana Sagan di malam hari.

Kaki kami berhenti di sebuah resto yang menyajikan musik easy-listening. Dua orang teman rupanya telah berada di sana terlebih dahulu, melambai, dan menunjukkan keberadaan mereka.

"Katanya Kampung Sagan mau dijadikan Kampung Musik," ucap temanku sambil menikmati alunan lagu Quando, Quando, Quando dari Jasmine.

Benarkah? Terdengar seperti rencana yang menarik, walau terbersit pula keraguan apakah suasananya akan tetap seunik semalam bila acaranya diselenggarakan terlalu sering. Sagan mungkin tak lagi senyaman saat itu. Segelas Stawberry Youghurt yang terhidang di depanku pun habis seiring penampilan Jasmine selesai.

Langit masih cerah dan musik-musik beraliran lain terus diperdengarkan. Namun kemeriahan, untukku, harus berhenti di sana. Rasa kantuk mulai menyerang, lebih cepat dari malam-malam sebelumnya.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...