Pages

Monday, August 9, 2010

Proyek Kamar #1: Decluttering

Sebelum aku bisa mulai mendekorasi ulang kamarku, salah satu hal yang harus aku lakukan adalah melakukan decluttering (vb: to simplify or get rid of mess, disorder, complications, etc.).

Selain melelahkan dan membingungkan, untuk melakukan ini aku merasa harus turun langsung. Dan aku memang memilih untuk melakukannya sendiri. Maksudku, aku memang butuh bantuan, tapi tidak lantas mendelegasikan begitu saja pekerjaan ini pada orang lain.

Banyaknya barang yang tak terurus dan tersimpan di seluruh penjuru kamarku bisa saja tampak tak terpakai, padahal memang aku simpan karena penting. Bisa pula itu rahasia besar yang tak seharusnya muncul ke permukaan. Atau sekedar kenangan yang memang tak terlalu penting tapi meragukan.

Potongan-potongan gambar di dalam kotak, sobekan kertas penuh tulisan, atau hiasan-hiasan yang sudah mulai berkarat bisa saja tampak sepele, tapi sebenarnya penting. Sebaliknya, topi-topi bulu, cermin dengan renda, atau peta sebesar naganya gaban bisa jadi tidak penting.

Karena itulah, menurutku tahap decluttering ini adalah tahap pekerjaan yang paling sulit. Mungkin karena aku suka dengan kenangan, sehingga seringkali kerepotan membuang sesuatu hanya karena barang tersebut memiliki arti kenangan tersendiri. Walaupun memang bila dipikir-pikir, tak penting menyimpan terlalu banyak kenangan.

Akhirnya, aku menguatkan niat, menyiapkan sekitar tujuh dus Aqua kosong untuk memindah barang, dan menentukan salah satu pojok pertama untuk memulainya.

Tips untuk decluttering adalah bergerak dengan cepat. Siapkan satu 'clutter box' sebagai 'recycle bin'-mu dan mulailah perburuanmu. Berpikir terlalu lama hanya akan menggoyangkan niat awal. Karenanya, bila melihat satu barang, dan terbersit di pikiranmu untuk mengeluarkannya, segera masukkan ke clutter box. Barang-barang tersebut bukanlah sampah, dan sering kali masih dalam kondisi bagus, ber-merk, atau pun mahal harganya.

Aku memang tidak terlalu banyak berpikir waktu melakukannya. Karena kalau aku terus merasa eman, tak akan ada barang yang keluar dari kamarku. Caraku melakukannya, aku memperkirakan kapan waktu terdekat suatu benda akan aku gunakan. Bila lebih dari dua bulan, barang tersebut akan langsung masuk ke clutter box.

Perjanjiannya, setiap benda yang sudah masuk ke dalam clutter box, tidak boleh dikembalikan ke dalam kamar. Yayaya, aku memang membolehkan diriku untuk melihat-lihat clutter box itu sekali lagi, tapi tidak boleh mengambil kembali barang yang ada.

Bila merasa eman terhadap sesuatu, yang aku lakukan adalah menyiapkan satu kotak lagi dan memasukkan barang tersebut ke dalam kotak itu. Nanti, barang-barang di dalam kotak itu bisa dijual di garage sale atau pun bisa disumbangkan. Terserah keinginan kita.

Decluttering ini tak bisa aku selesaikan dalam satu waktu. Maka dari itu, aku menaruh target waktu yang fleksibel untuk itu dan menjalaninya dari hari ke hari, dari satu area ke area lainnya, dan bila perlu mengulangi salah area tersebut hingga 'bersih'.

Ini hari keempatku, dan tujuh dus Aqua yang sudah kusiapkan ternyata tidak mencukupi. Sisi baiknya, melihat banyaknya barang yang tidak aku gunakan selama ini semoga bisa membuatku lebih berpikir saat berbelanja.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...