Pages

Monday, September 13, 2010

Kawaii Sushi: Ketika Sushi Menjadi Fast Food


Pertama kali mendengar tentang restoran sushi baru di Jogja, aku langsung tertarik untuk mencoba. Terutama setelah pengalaman sushi vegetarian yang hoek banget.

Sayangnya, ini bulan puasa. Akibatnya, mencoba tempat makan hanya bisa dilakukan saat berbuka puasa saja. Satu kali dalam sehari. Tapi akhirnya, dua hari sebelum lebaran, aku berhasil mengajak saudara-saudaraku untuk berbuka bersama sekaligus sambil mencoba resto sushi baru - Kawaii Sushi - yang terletak di POM Bensin Baciro.

"Restonya fast food banget," ujar Dito yang sempat melihatnya ketika lewat di daerah Baciro sore-sore.


Dan memang benar. Kawaii Sushi ini boleh dikata fast food-nya sushi. Yang dijual, selain minuman, semuanya sushi dengan beraneka variasi.

Tapi karena fast food itulah, jangan berharap menemukan irisan salmon segar atau telur ikan di dalam sushinya. Yang tersedia di sini benar-benar sushi instan. Instan hingga ke dalam isinya.

Ada tuna spicy roll yang (menurut tebakanku) hanya menggunakan tuna kalengan dengan mayonnaise dicampur chilli sauce. Ada juga cheesy egg roll, dengan isi irisan telur dadar diberi keju. Bahkan ada juga menu-menu sushi aneh yang sama sekali tak kusangka: chicken yakiniku roll dan cheesy beef roll.

Masa sushi isi ayam atau sapi sih...?

"Cutting edge," kata Dito.

Tapi jangan khawatir dan jijik. Berbeda dengan sushi aslinya, di sini semuanya tersaji matang.

Alhasil, untuk menu yang aneh seperti itu, aku tidak memesannya, tapi tetap mencobanya karena kakakku - Donna dan Dadok - memilih memesan yang menurut mereka aman: chicken yakiniku roll

Dan aku tidak menyukainya. Yah, bayangkan saja rasa manis dari bumbu yakiniku bercampur dengan shoyu-nya yang agak asam. Aku jadi berpikir, mungkin untuk menu tersebut, sebaiknya tak perlu dicampur dengan shoyu.

Selain dari menu sushi yang aneh itu, rasa sushinya secara keseluruhan tidak terlalu mengecewakanku.

"Nasinya kurang lama direndam vinegar," kata Mira.

Oh well, kalau dia pernah mencicipi sushi yang nasinya terlalu lama direndam air, pasti dia tidak akan protes. Hihi.

Satu porsi sushi di Kawaii Sushi berisi empat potong yang cukup mengenyangkanku. Harganya pun sangat realistis untuk kantongku. Hanya Rp 12.500,- untuk sushi biasa. Bila melihat harganya yang hanya sepertiga (atau bahkan seperempat!) dari sushi favoritku di Kemang, membandingkan rasanya adalah hal yang konyol.

Sementara itu, untuk sushi yang digoreng pun harganya hanya Rp 13.500,-.

Digoreng?

Iya. Digoreng. Sushinya digoreng dengan lapisan tepung hingga tampak bundar-bundar. Tapi aku tidak akan menyarankannya, karena rasanya justru 'rusak'. Bahkan dari penampilannya pun, imaji rasaku tentang sushi langsung rusak.

Bentuknya seperti brokoli goreng tepung-nya ibuku. Whew!


Tapi di luar segala kelemahannya, aku cukup mengacungkan jempol pada resto satu ini. Karena berkat Kawaii Sushi, Jogja memiliki satu lagi alternatif tempat makan tambahan yang tak terlalu mahal dan 'berbeda' - secara, akhir-akhir ini kuliner di Jogja cukup membosankan.

"Bagus juga untuk jadi alternatif tempat makan atau hang out," tambah Dito.

I couldn't agree more! :) Bravo!

1 comment:

Adhitya Yodha said...

dah pernah coba warung sushi angkringan ZUSHIODA blum??
tempatnya ada di PKL resto Mrican jl.Pringgodani – Catur tunggal (sebelah Predator bilyar)
cukup siapin aja budget Rp.20ribu buat makan, minum, kenyang & puas!!

http://zushioda.webs.com

http://facebook.com/zushioda

http://twitter.com/zushioda

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...