Pages

Friday, January 21, 2011

Day 1: Banjar-Tasik-Ciamis (?)

Sekilas tentang Banjar, Banjar ini adalah sebuah kota kecil yang terletak di ujung timur Propinsi Jawa Barat. Bahkan Banjar sendiri merupakan gerbang Tatar Sunda. Nama Patroman yang mengikutinya berasal dari kata pataruman, tarum sendiri adalah sejenis pohon perdu yang daunnya digunakan untuk bahan pewarna biru pada kain.

Terlepas dari itu, tak ada yang terlalu berbeda memasuki kota Banjar. Lambang daerahnya (yang diaku-aku Hera sebagai hasil karyanya) berwarna biru, mungkin ada hubungannya dengan Patroman tadi.


Sesampainya kami di Banjar, kami memiliki rangkaian rencana yang beberapa tidak masuk akal. Salah satunya adalah rencana Apo untuk bermain golf di pagi hari di hari pertama kami di Banjar. Tidak tanggung-tanggung, dia gembar-gembor akan bangun pukul setengah enam, lalu bermain golf sambil menyambut matahari Banjar.

Yeah, rite!

Aku sendiri sudah tidak terlalu tertarik dengan rencana golf itu. Secara, kami sampai di rumah Hera pukul dua pagi, dan baru masuk ke kamar pukul tiga, lalu aku sendiri terlelap sekitar pukul setengah empat.

Dan benar apa yang kubayangkan. Kami bangun pukul setengah delapan.

Meski lapangan golf hanya terletak di belakang rumah Hera, tapi mataharinya sudah cukup tinggi, dan waktunya terbatas. Yup. Hari ini jadwalnya ke Tasik. Acara bermain golf pun dikesampingkan, dan kami bisa menyantap nasi liwet Banjar plus lauk pedha dan sayur jipang yang sudah disiapkan Tante Hilda dengan santai.


Jembatan Cirahong

Sebelum kami sampai di Tasik, terlebih dahulu kami mampir di Jembatan Cirahong, Ciamis. Ya, sebetulnya aku tidak begitu tahu tentang jembatan ini. Bahkan ketika berhenti di pelataran parkir, aku pikir kami sedang berencana mampir di rumah makan Batu Hitam.

Tapi tidak.

Jembatan Cirahong ini rupanya unik sekali. Lokasinya yang terpencil, membuatnya tampak tidak seperti tempat wisata umumnya. Melintas di atas Sungai Citanduy, Jembatan Cirahong menghubungkan kota Tasik dengan Ciamis. Uniknya, jembatan ini tidak hanya digunakan untuk kendaraan darat biasa. Dia bertingkat, dan di atasnya terdapat jalan untuk kereta.

Sementara di dalam jembatan (yang menyerupai terowongan), lantainya masih dilapisi kayu. Yup, tidak di aspal. Jembatan ini pun hanya selebar satu jalur. Alhasil harus diatur penyeberangannya dengan sistem buka-tutup secara swadaya orang setempat, agar kendaraan dari dua arah tidak bertemu di dalam jembatan.



Tasik

Letaknya sekitar 45 menit dari Banjar. Apa yang terkenal di Tasik? Jelas bordirnya. Dua tukang bordir yang bekerja di rumahku pun berasal dari Tasik. Hasil bordirnya halus dan berani menggunakan warna. Maka dari itu, di Tasik ini kami mengagendakan untuk berkunjung ke salah satu produsen bordir. Aku tidak tahu tepatnya rumahnya di mana, tapi jalan masuknya berliku-liku, melewati berpetak-petak sawah. Dan ya, bordir yang dijual memang luar biasa. I ended up with a sack full of souvenirs.

Tempat lain yang kami kunjungi adalah produsen batik Tasik. Bedanya dengan batik Jogja apa? Yah, yang jelas ini warnanya lebih berani dan pengaruh pesisirnya kuat, yaitu motifnya tidak pakem. Aku juga berbelanja di sini. Lalu kami ke Maher, toko alas kaki kulit yang kuno banget. Sebenarnya alas kaki yang dijual bagus dengan warna yang bervariasi, tapi uangku sudah habis di toko bordir.

Yah, begitulah, kunjungan ke Tasik kami akhiri dengan makan siang di Manjabal 2. Letaknya di Jl. Raya Gunung Cupu. Masakannya enak dan unik. Tapi yang paling aku suka adalah telur dadar pedha-nya. Nyam!



Banjar

Karena sudah terlalu sore, kami batal mengantar Alam ke Ciamis. Tapi, di Banjar malam masih panjang. Setelah beristirahat sejenak - sambil meredam masuk angin - kami memutuskan untuk berputar-putar di kota Banjar. Ceritanya, ingin melihat Banjar di malam hari sambil mencari kafe rese. Ke utara, selatan, timur, barat... ternyata jam 10 malam di Banjar, suasananya sudah sunyi senyap! 

Toko sudah tutup, penjual makanan sudah tidak ada, hanya alun-alun yang masih lumayan ramai. Bahkan keinginan kami untuk membeli sejenis wedang khas (apa itu Her, namanya?) tidak bisa dilakukan karena sudah tutup semua.

Akankah esok kami ke Pangandaran?


* Foto (lagi-lagi) punya Alam.

3 comments:

Anonymous said...

ak menunggu yg Day 2 (sambil ngelamun mnunggu tgl 7)

Anonymous said...

ada apa di tangal 7????

ohhh aku bahkan baru tau kalau Tarum adalah pohon dan pataruman dari Tarum>>> >_<

Tulisanmu enak buat dibaca- nyeleweng dari pekerjaan..bikin editan ga rampung2...huh

:p

bulb-mode said...

@ Mas Tunas Kelapa:
Aku juga menunggu tanggal tujuh! Semoga lancar ya... :p

@ Mbak Terompet Pembohong:
Ah...kamu meng-susukambinghitam-kan tulisanku karena editanmu terbengkalai...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...