Pages

Thursday, June 5, 2008

Giat-Giat Ber-Plagiat


Entah beberapa bulan telah berlalu sejak aku mengirimkan email keberatan kepada Penerbit Delokomotif. Dan kemarin Ogi menyegarkan ingatanku tentang plagiarisme yang dilakukan oleh penerbit tersebut.

Aku ingat, saat aku mengirimkan email itu, aku benar-benar sedang kesal terhadap berita yang disampaikan Dito di suatu malam.

Dia masuk ke kamarku dengan membawa sebuah buku kecil di tangannya. Judulnya '100 Warung Makan Enak di Jogja'. Hm... jarang-jarang adikku membeli buku seperti itu. Dia menyuruhku membacanya.

"Ini ngejiplak trulyjogja.com, Mbak," katanya.

Aku membalik-balik halamannya.

Benar kata Dito. Buku itu telah mengambil banyak sekali judul dan kalimat-kalimat dari Kanal Kuliner di trulyjogja.com. Dengan kata lain, mereka menjiplak tulisan-tulisan temanku Aria Dewangga, walau tidak keseluruhan.

Nama trulyjogja.com memang telah dicantumkan di halaman belakang sendiri dalam deretan 'Daftar Pustaka'. Tapi menurutku, tetap saja itu salah.

"Bahkan untuk skripsi yang nggak komersial pun harusnya kalau ambil kalimat kan dikasih footnote," tambah Dito.

Nah buku ini, selain komersial, rupanya meraih prestasi best-seller dan dicetak tiga kali!

Tentu saja dengan kalimat-kalimat jarahan dari trulyjogja.com.

Wajar kan bila aku mengirimkan email keberatan ke penerbitnya? Lagipula aku tidak mempunyai akses ke kedua orang yang mengaku sebagai penulisnya: Wanda Djatmiko & M. Solahudin.

Setelah aku menulis panjang lebar tentang keberatanku atas pencantuman tanpa izin data-data di dalam buku untuk keperluan komersial, sembari mempertanyakan sejauh mana riset yang mereka lakukan, dan penjelasan bahwa sebenarnya trulyjogja.com sangat terbuka dengan segala macam bentuk kerjasama, aku mengirimkan emailku.

Satu hari, dua hari, tiga hari, tidak ada jawaban atas emailku. Lalu setelah aku mulai tidak menantikannya (karena aku pikir penerbit itu tidak memiliki etika yang bisa diharapkan) aku mendapat balasannya.

Satu email dengan tulisan "Terima kasih atas sarannya".

Yeah... rite!

Mereka berpikir dengan sangat positif. Naif. Atau... memang mereka tidak bisa membaca sesuatu yang TERSURAT dengan jelas?

"Sebelum kamu belajar menulis, kamu harus belajar membaca," ujar Satya pada Maneka dalam Kitab Omong Kosong.

Sebagai informasi, aku mengirimkan email keberatan pada saat buku itu dicetak pertama kali. Dan bila mereka tetap mencetaknya hingga tiga kali, berarti mereka tidak menganggap email dariku.

Aku pun malas membalas email itu karena pertimbangan kesehatan mentalku. Emosiku yang akan semakin meluap bila aku 'meladeni'-nya. Mereka seperti tidak hidup di alam logika dan etika yang relevan dengan arah perputaran dunia.

Dan alasanku untuk tidak menyebarluaskan tentang hal itu adalah karena aku tidak ingin terlalu merepotkan teman-temanku dengan ketololan dua orang penulis wannabes.

Tapi bau bangkai pasti akhirnya tercium juga.

Beberapa hari yang lalu Ogi menyampaikan keberatannya. Dan dia pun bertindak, mencoba menerobos benteng 'otak' mereka sampai mengalami emosi tingkat tinggi. Sudahlah. Mungkin kami memang harus mencari bantuan pihak-pihak yang berwenang.

Aku ucapkan terima kasih (yang sebesar-besarnya!) kepada Ogi yang memuat kisahnya di o.gi.web.id dan mengirimkan email ke beberapa mail-list, dan Fitri yang juga menuliskannya di rachmasafitri.multiply.com, serta teman-teman lain yang telah memberikan dukungan melalui email dan blognya sendiri-sendiri.

*Kang Tutur
*Fanabis
*Ugik
*dan blog-blog lain yang belum sempat terbaca olehku.

Semoga para penulis wannabes yang merasa telah bersusah payah menulis itu segera mendapat pencerahan dari Tuhan... dan diberikan otak dan nurani yang lebih baik.

Atau, kalau harapanku tadi terlalu berlebihan, paling tidak mereka diberi keberanian untuk berbicara langsung dengan kami.

Hei, Wanda, Solahudin, kapan kita bisa ketemu? :)

7 comments:

Anonymous said...

heh, boro-boro ketemuan sama kita ndie. Wanda katanya sangat-sangat sibukkkk, mmm, mungkin sibuk menjiplak yah :D

Anonymous said...

ini masalah mental mbak, bukan seremeh sibuk. :)

bulb-mode said...

ogi:
Hahaha! Sibuk browsing, cari web lain untuk dijiplak... :p

kw:
Iya...dia seperti takut... :p Begitulah mereka...

Anonymous said...

ayo maju terus ndi:)

Anonymous said...

Apa mau ke penerbitnya yang di Kemitbumen itu? Kapan yo tak kancani wis... Mari mari mari...

dhiraestria dyah said...

semangat ndie! terus berjuang! jangan menyerah! tegakkan keadilan!

*Itukah alasannya kanal kuliner-nya truly nggak up date? takut dijiplak lagi ya? :-s*

bulb-mode said...

thea:
Maju terus pantang mundur... hati tak gentar hadapi badai menghadang...!


temukonco:
Yuuuuuk... ntar kita sekalian beli Sate Ambal di perjalanan ke Kebumen... eh, Kemitbumen ya?


dhiraestria dyah:
Junjung martabat bangsa! ;p
Selain takut dijiplak, juga takut menggendut... :p

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...