Beberapa malam yang lalu, seekor cicak muncul dari balik lemari putihku. Cicak yang menggelikan dan mengganggu pemandangan.
Kamarku memang tidak terkunci rapat untuk menghalau cicak. Dulu pernah, tapi repot sekali dan justru membuat kamarku pengap. Aku harus menutup lubang-lubang anginnya, dan bergantung pada exhaust untuk membantu sirkulasi udara di kamarku.
Sekarang, aku lebih cuek. Untuk menghalau cicak yang masuk ke kamar, yang kulakukan hanyalah berdoa pada Tuhan.
Tapi, kalau cicak sudah benar-benar masuk di kamar, barulah aku bingung. Barulah aku ribut meminta tolong seseorang untuk mengusirnya dari kamar.
"Tapi jangan kasar-kasar, jangan sampai buntutnya lepas," begitu selalu pesanku. Buntut cicak - atau kadal - mempunyai pemikiran dan rencana sendiri tentang bagaimana cara membuat orang berteriak ketakutan.
Biasanya, cicak lari tak terarah. Berpindah dari satu sisi kamar ke sisi yang lain, tapi tidak berlari keluar. Bahkan, mereka jarang sekali berlari mendekati jendela ataupun pintu. Selalu seperti itu. Dan itu membuatku benci cicak, arahnya unpredictable.
Akhirnya biasanya mereka bersembunyi di balik segala macam benda yang menempel ke dinding. Jam dinding, rak buku, lemari baju, tempat tidur, tirai, apa pun.
Hm... what would Nate Berkus do?
Aku pernah mencoba mengusirnya dengan menyalakan dupa. Aromanya tersebar ke seluruh penjuru kamar.
"Cicak tidak suka bau dupa," ujar pemberi saranku.
Satu kali, dua kali. Tapi aku tidak pernah melihat cicak langsung berlari keluar setelah dupa aku nyalakan. Yang ada kamarku jadi beraroma toko kain yang berjejer di sepanjang Jl. Solo.
Aku sudah kehabisan cara untuk mengusirnya, lalu berusaha setengah mati semalaman untuk mengabaikannya.
Tough. Seperti beberapa malam yang lalu ketika cicak itu memilih bersembunyi di belakang lemari pakaianku.
Lalu aku menemukan beberapa cara untuk mengusir cicak dari kamar.
Cara pertama, mendinginkan suhu kamar. Kenyataannya, cicak adalah hewan tropis yang suka kelembaban dan suhu udara panas. Dan mereka jenis reptil, sehingga kemampuan adaptasinya terhadap suhu kurang begitu baik. Jadi mendinginkan suhu kamar bisa membuat cicak tidak betah dan mencari tempat lain yang lebih hangat.
Masuk akal. Tapi kamarku tidak ber-AC.
Cara kedua, menggunakan kapur barus. Cicak membenci aroma kapur barus, tulisnya. Ini lebih mudah diaplikasikan. Mirip dupa, tapi baunya tidak terlalu mengganggu.
Kemarin malam, aku melempar 5-8 kapur barus ke belakang lemari. Mereka akan menyublim dan hanya mengusir (tidak membunuh) cecak, jadi tidak akan terlalu mengotori bagian belakang lemariku.
Semoga berhasil.
Tapi, kalau cicak sudah benar-benar masuk di kamar, barulah aku bingung. Barulah aku ribut meminta tolong seseorang untuk mengusirnya dari kamar.
"Tapi jangan kasar-kasar, jangan sampai buntutnya lepas," begitu selalu pesanku. Buntut cicak - atau kadal - mempunyai pemikiran dan rencana sendiri tentang bagaimana cara membuat orang berteriak ketakutan.
Biasanya, cicak lari tak terarah. Berpindah dari satu sisi kamar ke sisi yang lain, tapi tidak berlari keluar. Bahkan, mereka jarang sekali berlari mendekati jendela ataupun pintu. Selalu seperti itu. Dan itu membuatku benci cicak, arahnya unpredictable.
Akhirnya biasanya mereka bersembunyi di balik segala macam benda yang menempel ke dinding. Jam dinding, rak buku, lemari baju, tempat tidur, tirai, apa pun.
Hm... what would Nate Berkus do?
Aku pernah mencoba mengusirnya dengan menyalakan dupa. Aromanya tersebar ke seluruh penjuru kamar.
"Cicak tidak suka bau dupa," ujar pemberi saranku.
Satu kali, dua kali. Tapi aku tidak pernah melihat cicak langsung berlari keluar setelah dupa aku nyalakan. Yang ada kamarku jadi beraroma toko kain yang berjejer di sepanjang Jl. Solo.
Aku sudah kehabisan cara untuk mengusirnya, lalu berusaha setengah mati semalaman untuk mengabaikannya.
Tough. Seperti beberapa malam yang lalu ketika cicak itu memilih bersembunyi di belakang lemari pakaianku.
Lalu aku menemukan beberapa cara untuk mengusir cicak dari kamar.
Cara pertama, mendinginkan suhu kamar. Kenyataannya, cicak adalah hewan tropis yang suka kelembaban dan suhu udara panas. Dan mereka jenis reptil, sehingga kemampuan adaptasinya terhadap suhu kurang begitu baik. Jadi mendinginkan suhu kamar bisa membuat cicak tidak betah dan mencari tempat lain yang lebih hangat.
Masuk akal. Tapi kamarku tidak ber-AC.
Cara kedua, menggunakan kapur barus. Cicak membenci aroma kapur barus, tulisnya. Ini lebih mudah diaplikasikan. Mirip dupa, tapi baunya tidak terlalu mengganggu.
Kemarin malam, aku melempar 5-8 kapur barus ke belakang lemari. Mereka akan menyublim dan hanya mengusir (tidak membunuh) cecak, jadi tidak akan terlalu mengotori bagian belakang lemariku.
Semoga berhasil.
7 comments:
tips kapur barus nya sukses nggak ?
Sukses... sepertinya... :p Yang jelas, sejak malam itu, aku nggak pernah lihat cicak di kamarku lagi. Mungkin sekali berkat kapur barus... :D
aku juga mau coba, semoga ampuh ^^
tengs infonya
Stress kalo dia berbunyi tengah malam ganggu tidur,,,
Hahaha ngakak anjir ceritanya, patut d coba
hehhe seru juga ceritanya melawan cicak. sampai ngakak sendiri bacanya. emang cicak unpredictable kalo sudah panik, suka lari g tentu arah.
Memang mengganggu sekali hewan yang satu ini. Apalagi kotorannya. Beh, sebal sekali.
Tapi, begitu ada anak kecil di rumah rasa sebal pada hewan ini jadi berkurang drastis. Sebabnya apalagi kalau bukan si kecil bisa terhibur dengan melihat cicak. Apalagi kalau melihatnya sambil dinyanyiin: cicak cicak di dinding, diam-diam merayap dst.. Ironis. Benci tapi kadang butuh, hahaha
Post a Comment