Pages

Wednesday, July 8, 2009

Menjadi Pemilih

Beberapa bulan yang lalu, aku memantapkan diri untuk menjadi GolPut.

Alasannya klise. Tidak ada calon presiden yang cukup baik, menurut penilaianku. Kesemuanya memiliki kelemahan yang terlalu banyak. Belum lagi ketika mereka mulaisaling berkoalisi. Apa pun dilakukan untuk memperoleh tambahan suara.

Yup, aku kecewa.

Aku heran dengan begitu mudahnya mereka menelan idealisme partainya untuk menjadi presiden. Saling berkoalisi walau berbeda visi, hanya demi menambah suara. Lalu, apa arti kepercayaan pemilih partai bagi mereka?

Dan iklan-iklannya yang sering melewati batas logika, semakin membuatku mual. Bagaimana mungkin, seorang pelanggar HAM masih bisa mencalonkan diri menjadi calon presiden?

Debat calon presiden yang aneh. Janji-janji yang sepertinya hanya diucapkan saja. Serta ketiadaan blue print di pemerintahan kita membuat siapa pun yang menjadi presiden hanya akan berpikir jangka pendek.

Mendekati pemilihan presiden, aku semakin bingung. Melihat kualitas calon-calon presiden dan wakilnya yang tidak bisa diharapkan ini membuatku tersudut sebagai pemilih. Lebih baik memilih atau tidak memilih?

Tapi di akhir-akhir waktu, aku baru mengerti makna dari 'memilih yang terbaik dari yang buruk'. Dan aku memutuskan untuk menggunakan hak suaraku.

Untukku, ini adalah 'memilih yang teraman dari yang buruk'. Bukan yang terbaik.

Menurutku, menjadi GolPut memang adalah suatu bentuk pernyataan. Asalkan mereka memang melakukannya karena mengerti, bukan karena alasan malas atau latah.

Namun tetap saja, pernyataan itu tidak akan memberi solusi. Benarkan aku bila salah, tapi bukankah pemilihan presiden akan tetap berjalan walaupun pemilih yang GolPut mencapai puluhan persen?

Dan ketika kita membuang-buang suara kita, bisa saja justru yang terburuklah yang terpilih. Mana yang lebih baik?

Andaikan saja ada GolPut bisa menjadi solusi atas kekecewaanku...

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...