Iya, ini pengakuanku.
Aku mengabaikanmu. Perlahan-lahan, aku membiarkanmu menjauh. Aku terhanyut dalam dunia baruku yang amat nyaman dan tidak menggenggammu. Aku tahu aku salah. Aku menganggap keberadaanmu bukan menjadi hal yang penting lagi bagiku, saat itu.
Tapi akhir-akhir ini aku amat merindukanmu.
Di atas berlembar-lembar kertas aku mencoba mencarimu. Mencoba meraihmu kembali, walau aku tahu ini akan sulit. Kamu sama sekali tidak mendekat.
Ini mengerikan.
Apakah kamu membalasku dan belajar mengabaikanku? Apakah dunia baruku ini terlalu nyaman untukmu? Apakah kamu menganggap aku sudah tidak membutuhkanmu?
Bodoh.
Aku membutuhkanmu. Kemarin, hari ini, esok, dan entah sampai kapan. Aku membutuhkan hutan pinus, bulan, bintang, dan segala bentuk detail yang menyertaimu.
Aku tak ingin memilih. Aku tak boleh memilih. Apakah aku tidak bisa memilikimu, dan menjalani dunia nyamanku sekaligus?
Ah. Aku benar-benar merindukanmu. Tidakkah itu terlihat?
No comments:
Post a Comment