Kepopuleran iga akhir-akhir ini tampak meningkat di Jogja. Rumah makan yang menyediakan menu berbahan dasar iga bermunculan. Dan sekitar satu tahun yang lalu, dibuka rumah makan yang menu utamanya menyuguhkan iga di daerah Jl. Damai, dekat rumah makan Jimbaran yang terkenal. Namanya Sapi Bali. Yang juga terkenal.
"Sapi di Bali bukannya justru jarang yang dimakan? Apa ini sapi-sapi yang dikirim dari Bali untuk dimakan di Jogja?" Temanku sempat bingung dengan namanya memang sedikit ambigu.
Yup, memang di Bali kebanyakan sapi tidak diternakkan untuk diambil dagingnya karena kuatnya pengaruh agama Hindu. Namun ini bukan berarti lantas sapi-sapi tadi dikirim ke Jogja untuk diambil dagingnya di Sapi Bali.
Sapi Bali adalah rumah makan yang menghidangkan menu spesial kebanyakan daging sapi yang dimasak dengan bumbu Bali. Menu spesialnya Iga Bakar (Rp 27.000,-), berupa iga sapi yang tentu saja dibakar dengan bumbu Bali. Bumbu rempahnya terasa tajam. Pedas, namun lezat. Bumbu Bali yang memadukan kunyit, serai, kemiri, jahe, dan cabai merah meresap ke dalam daging. Walau lebih didominasi oleh rasa pedas, daging iga yang amat empuk ini tetap memberikan sensasi 'Bali' dirasanya.
Semangkuk kecil kaldu dan urap menemani hidangan iga bakar beserta nasi putih. Tapi aku tidak suka urapnya. Terasa mentah dan sangir.
Selain menyuguhkan menu Iga Bakar, Sapi Bali juga memiliki menu Iga Bakar Kecap (Rp 27.000,-), yang rasanya lebih 'Jawa'. Ini cocok bagi mereka yang tidak suka pedas. Daging iga sapinya sama empuk, namun rasanya lebih ke manis. Menu ini juga ditemani kaldu dan urap. Sama lezatnya, hanya mungkin kurang unik.
Sop Iga juga tersedia bagi pengunjung yang ingin mencicipi segarnya sup. Namun sup ini, menurutku, kurang begitu enak. Rasa supnya tak berbeda dengan kaldu yang disediakan pada menu iga lainnya. Tak spesial.
Di Sapi Bali, tak hanya ada menu iga. Di sini juga ada Ayam Betutu dan Ayam Kecombrang yang ekstra pedas hingga aku tak berani mencoba memesannya untuk aku sendiri. Sepertinya akan cocok untuk penggemar pedas.
Ada juga Uritan, merupakan daging sapi giling yang dipadu dengan bumbu Bali dan dibentuk seperti sosis. Dengan irisan cabai merah yang dilumat menyatu dengan daging, menu ini juga termasuk dalam golongan amat pedas. Benar-benar tidak cocok untukku.
Para pecinta sate, dapat pula memesan Sate Bali. Aku tak begitu menyukainya, karena daging sapi di sate ini masih benar-benar terasa sangat 'sapi'. Uh... aku tidak suka daging yang terasa amat daging.
Minuman favoritku di Sapi Bali adalah Juice Strawberry (Rp 4.000,-). Sebenarnya rasanya biasa saja. Hanya menyegarkan. Sementara, minuman spesial di sini adalah Es Daluman, yang belum pernah aku cicipi. Minuman dari campuran santan dan gula jawa dengan cincau hijau ini juga tampak menyegarkan, tapi mengingatkanku akan cendol.
Ketika memutuskan untuk makan di Sapi Bali, saranku, jangan makan iga sambil terlalu banyak ngobrol. Seperti hidangan iga lainnya, lemak iga di Sapi Bali juga akan cepat 'ngendal'. Dan ini akan mengacaukan rasa secara keseluruhan. Karenanya, habiskan makanan dulu, baru ngobrol sambil minum-minum. Satu lagi, jangan terlalu sering ke sana. Ini juga bisa merusak sensasi 'eksotis'nya.
Dari sekitar 10 teman yang aku ajak ke sana, hanya 2 yang bilang tidak suka. Jadi, kapan ke Jogja? Jangan lupa coba makan di Sapi Bali ya?
Keterangan:
- Standar pedas: Aku tidak begitu suka pedas, jadi dua cabai dalam satu porsi lotek bisa jadi sudah terlalu pedas untukku.
- Ini bukan advertorial. ;)
4 comments:
Konon kabarnya, hidangan iga di Sapi Bali emang enak. Aku juga pengen Ndi. Besok aja pas pulang lagi:D
Iya, enak banget! Asal, kamu suka pedes dan daging sapi. :D Mana tempatnya juga menyenangkan...
Ha njuk le diet ki piye kabare? :D
Diet masih terus berjalan, Mas... :D Ini kan kisah sebelum perjalanan diet dimulai...hihihi!
Post a Comment