Pages

Friday, October 5, 2007

Selamat Jalan, Teman Kecilku...

Ikanku (akhirnya) mati satu. Yang ikan neon. Aku sebenarnya tidak tahu kapan tepatnya dia mati, karena aku sudah tidak pernah lagi menghitung jumlah ikan-ikan di akuarium sejak beberapa minggu setelah aku menaruh akuarium di kamarku. Aku bosan mengabsen. Toh mereka tak dapat kemana-mana. Yah, kecuali ke akhirat atau tersedot pipa filter.

Tapi pagi kemarin, sewaktu sedang melamun dan menerawangkan pandangan ke akuarium, tanpa sengaja aku melihat sebuah benda kecil, tipis, seperti benang bewarna putih. Melayang-layang di akuarium.

Aku pikir debu.

Karena penasaran, aku pun mendekat dan mengamatinya dengan lebih seksama dari jarak pandang yang lebih logis. Benda itu masih melayang-layang di air. Tidak mengambang, tapi hanya melayang-layang. Dan mendekat ke arahku.

Hua!! Tulang ikan! Ternyata benda kecil, tipis, seperti benang bewarna putih yang kukira debu itu tulang ikan seukuran ikan teri. Aku sempat meragukan mataku, karena di saat bosan kadang kita suka berfantasi. Mungkin saja tulang ikan itu hanyalah usaha mataku agar hidupku minggu ini lebih bewarna.

Tapi tidak. Tulang itu tetap ada, walaupun aku telah menetes mataku. Dari mana datangnya tulang itu?

Aku langsung menghitung ikan-ikanku. Tiga ikan oranye, dua ikan sapu-sapu impor, dua ikan tanpa warna, satu ikan neon api... dan lima ikan neon. Memang benar. Ikan neonku berkurang satu. Tapi, kemana dagingnya?

Teman (2:28 am): Jgn sedih...direlakan aja...mgkn emang udah waktunya mati. Dan mgkn kali jgn sampe telat kasih makannya... walaupun kadang ikan tu lbh suka mkn ikan idup...

Aku tak bisa membaca nada becanda dalam SMS yang dikirimkan seorang teman pagi tadi. Masa sih dagingnya disantap teman-temannya? Aih, mengerikan... benar-benar mengerikan.

Pagi itu merupakan pagi ter-horror-ku, paling tidak dalam bulan ini. Aku memang telah membayangkan ikanku akan mati dalam waktu dekat ini, tapi tidak melihatnya dalam versi nyaris seperti fossil seperti itu. Lalu, kapan sebenarnya ikanku mati? Kalau saja dia benar-benar telah menjadi fossil, aku bisa menggunakan potassium argon untuk mengira-ngira kapan dia mati.

Aku tak tahu harus berbuat apa. Aiai... haruskah aku menguburnya?

2 comments:

RonggoLawe said...

O akhirnya...ia syahid di bulan puasa...

bulb-mode said...

Hm... iya kalau matinya pas bulan puasa...:-S

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...