Pages

Tuesday, May 11, 2010

May I Judge a Book by Its Cover?

Kenapa bagiku cover itu penting?

Karena cover menjadi salah satu penentu utama aku membeli sebuah buku dari pengarang yang tidak kukenal. Di cover terdapat judul dan dapat memberikan sedikit gambaran tentang isinya. Setelah menilai buku dari cover-nya, aku baru akan membalik bukunya dan membaca sedikit tulisan di belakangnya. Baru kemudian aku akan memutuskan untuk membeli atau tidak.

Menilai buku dari cover-nya memang tidak adil, karena isinya bisa saja lebih bagus atau lebih jelek. Tapi kalau urusannya untuk membeli atau tidak, mau tidak mau cover menjadi hal yang penting. Tidak mungkin kan kalau aku harus selalu mencari resensinya atau membaca beberapa halaman bukunya terlebih dahulu? Sering kali buku-buku itu dibungkus oleh plastik.

Kalau aku sudah mengenal penulisnya lewat karya-karya sebelumnya, atau mendapat rekomendasi dari teman, atau mendapat resensi, atau ada label "Winner of Man Booker Prize Award", cover memang tak lagi penting. Tapi kalau itu semua belum ada, penilaian lain apa yang bisa aku gunakan selain cover-nya?

Penilaian apa yang bisa aku gunakan untuk meyakinkan diriku agar rela mengeluarkan uang untuk membeli buku tersebut?

"Jangan-jangan kamu menilai pacarmu dari cover-nya juga?" tanya Hera suatu malam.

Jujur, aku memang sering menilai orang dari cover-nya. Tapi tidak di segala hal. Untuk hal-hal yang penting, yang akan melibatkan kami dalam waktu yang lama, yang harus memilih, tentulah aku akan menilai orang dari cover-nya.

Sama seperti sebuah perusahaan saat menerima pegawai baru. Mereka akan 'membeli'-mu, kalau mereka tertarik. Tanpa resensi, tanpa penghargaan, tanpa rekomendasi, dari mana lagi mereka bisa tertarik?

Tentu dari cover-nya. Atau packaging-nya, kalau dalam bahasa pemasaran.

Dalam buku, cover tak hanya tentang ilustrasi dan judul, tapi juga meliputi jenis kertas, warna, jenis font, proporsi, dan detail-detail kecil lainnya. Sama saja dengan orang, cover bukan melulu tentang apa yang kamu pakai, tapi juga cara bicara, perilaku, dan sebagainya.

Di lain pihak, untuk sekedar berteman dengan orang lain, bagiku itu seperti meminjam buku. Karena tidak diharuskan untuk memilih salah satu atau beberapa, aku tak perlu membuat penilaian atas seseorang.

Yah... kalau memang bisa, semua orang aku jadikan teman.

Yang menjadi lebih penting kemudian bukan apakah aku membeli buku itu atau tidak, tapi apakah aku membaca buku itu sampai habis dan mengulang-ulangnya, atau tidak. Bisa saja kan, baru dua lembar yang kubaca dan buku itu aku jual kiloan?

Jadi, apakah aku menilai pacarku dari cover-nya?

Hm...mungkin awalnya iya. *Nggak apa-apa ya, Sayang?*

Tapi kemudian aku memaksa diriku untuk membaca, dan justru menikmati setiap huruf yang ada di dalamnya... :)

2 comments:

Anonymous said...

aku tampan ya sayang? :>

bulb-mode said...

Kamu gendut kaya telor ceplok. :p

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...