Pages

Friday, May 25, 2012

Semarang Day Two: Kuliner Lagi!


Yang menarik di hari kedua adalah munculnya disorientasi perjalanan. Hari yang kami siapkan dengan rencana sarapan bubur ayam (khas Semarang), lalu minum es di daerah Tugu Muda, dan diakhiri dengan makan malam bakmi goreng menjadi kacau.

Pertama, karena ternyata tidak ada bubur ayam khas Semarang. Jadi kami sarapan di rumah. Kedua, kami terlalu lama berkelana di Informa dan Ace Hardware. Jadi kami harus membatalkan minum es di siang hari demi menyelamatkan acara yang lain - dan satu buah rak lucu.

Tapi bagaimanapun juga, hari itu kami berhasil menyempatkan diri mencicipi kuliner setempat kok... :)



Sate Kambing 29
Jl. Jend. Soeprapto, Semarang
Seberang Gereja Blendug



Sate Buntel
Pendapat Hera mengenai tempat ini adalah rasa yang enak disertai dengan harga yang mahal.

"Rumah makan turis," katanya.

Ya memang sih...

Contohnya, untuk satu porsi menu Sate Buntel harganya mencapai Rp 35.000,-. Itu menu paling mahal di rumah makan ini. Sate Buntel ini merupakan daging kambing yang digiling dan dibungkus dengan lemak kambing (katanya).

Tapi rasanya memang enak - meski sebenarnya aku tidak terlalu suka kambing.

Karena hari itu menu Sate Kambing yang daging habis, maka aku memesan Sate Buntel. Aku yakin sekali tidak akan mampu menghabiskan satu menu tersebut karena beberapa tahun yang lalu sempat mencobanya. Maka, aku dan Hera berbagi porsi.

Anyway, makan siang hari itu terasa sangat lezat dan berhasil melenakan kami selama beberapa jam.



Bakmi Jowo Pak Gareng
Jl. Wot Gandul Dalam no. 173, Semarang
 

Mie 'kering'
Jujur saja, berkali-kali aku berkunjung ke Semarang, aku memang tidak pernah mencicipi bakmi Jawa khas Semarang. Bukan karena masalah selera, tapi memang hanya karena tidak pernah terpikir.

Pak Dhe menyarankan kami untuk mencicipi salah satu warung bakmi yang terbaik: Pak Gareng.

Bakmi Jawa yang disajikan di warung Pak Gareng sangat berbeda dengan bakmi Jawa di Jogja. Meski memang berasal dari Cina, tapi bakmi Jawa Pak Gareng sangat terasa unsur kuliner Cina-nya, terutama melalui kekian yang ada dalam sajiannya.

Isi lainnya? Sawi, tomat, ayam, dan telur ayam.

Bakmi ini juga tidak berpenampilan njemek seperti Bakmi Mbah Mo idolaku, tapi lebih 'kering'. Kering dalam pengertian tidak 'njemek' lho... hanya karena aku tidak tau bagaimana menyebutnya.

Yang menarik di warung ini adalah beragam sate-sate sebagai 'lauk'-nya. Dan Hera berhasil menemukan satu sate uritan yang super sempurna.

 
Fotonya Hera

Aku iri.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...