Pasar Semawis |
Menurut yang aku baca, Pasar Semawis ini awalnya merupakan acara yang diadakan untuk memperingati 600 tahun pendaratan Cheng Ho di tahun 2004. Acara ini diselenggarakan oleh perkumpulan Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata). Dan menurut yang kudengar, Pasar Semawis ini diadakan secara rutin untuk meningkatkan pariwisata di kawasan tersebut.
Terbukti, yang datang bukan saja masyarakat Cina setempat, tapi juga masyarakat dari daerah-daerah lain.
Anyway, karena sudah kenyang berkat Bakmi Pak Gareng, maka tujuan kami ke pasar tersebut pun hanya untuk melihat-lihat.
Sebenarnya sayang sekali, karena di Pasar Semawis ini tenda-tenda berjajar, menyajikan makanan yang beraneka ragam. Dari jajanan seperti cakwe, lalu bakmi, steamboat, nasi ayam, es puter, wedang kacang, hingga bakcang dan makanan yang aku sebut sebagai sate ketela (karena aku lupa apa namanya).
Sate Ketela? |
Selain berbagai kuliner yang tak sempat kami cicipi tersebut, di pasar malam ini juga terdapat penjual benda-benda bernuansa Cina seperti perhiasan giok dan korek kuping berbentuk boneka Cina.
Giok-giok-giok! |
Bahkan ada satu tenda yang khusus menjual pernak-pernik Hello Kitty.
Tapi yang paling menarik minatku adalah dua tenda karaoke. Di tenda-tenda tersebut banyak orang mengantri untuk menyanyi. Lagu-lagu yang diputar adalah lagu-lagu Cina yang aku belum pernah dengar. Hiburan bagi penyanyi, dan sekaligus hiburan bagi pengunjung.
Karaoke, anyone? |
Dan yang paling menarik bagi Hera adalah atraksi Om Tan, sang Pelukis Cepat Tinta Bak, melukis tulisan "Seribu Li" untuknya. Oh ya, kalau tertarik bisa bertemu langsung di kiosnya, di Gang Warung No. 86.
Om Tan |
Pasar ini tidak buka tiap hari, namun hanya di akhir minggu. Dari hari Jumat hingga Minggu (atau hari libur nasional), pada pukul 6 sore hingga 12.30 malam. Tapi pasar ini akan berlipat-lipat ramainya ketika merayakan Imlek.
No comments:
Post a Comment