Pages

Wednesday, August 15, 2007

Sepenggal Keluhan di Hari Pramuka


Aku baru sadar, rupanya kemarin Selasa adalah Hari Pramuka. Wajar bila aku lupa, karena hingga sekarang, terhitung aku sudah tak menyentuh (secara resmi) kegiatan-kegiatan berpayung Pramuka selama 9 tahun.

Aku jadi teringat pertama kali aku kenal dengan Pramuka. Kapan lagi kalau bukan saat SD? Sewaktu itu, menurutku, aku lumayan bersemangat ikut Pramuka. Dengan permainan-permainan yang 'berbeda' dari yang kukenal, dan lagu-lagu yang 'berbeda' pula. Karenanya aku rajin datang Pramuka, setiap hari Selasa sore.


Walau ternyata ini cuma berhasil bertahan selama 1 tahun. Lalu aku diserang rasa bosan. Belum lagi label 'wajib' yang membuatku semakin yakin Pramuka hanyalah momok pencuri waktu bermainku. Aku pun mulai malas ikut Pramuka. Perkemahannya tak lebih dari sekedar 'kekesalan' tanpa mampu melawan sistem sekolah.

Kemudian aku masuk SMP. Dan (beruntungnya aku!), aku masuk ke SMP yang notabene unggul dibidang kepramukaan. Astaga.

Pengalamanku bergelut dengan Pramuka di masa ini tentu saja berbeda. Rasa bosan terhadap Pramuka masih membebaniku. Ditambah dengan Dewan-Dewan Penggalang yang eksklusif dan latihan yang lebih wajib dibandingkan sewaktu SD. Saat itu, Pramuka justru mengajarkan kami (aku dan teman-temanku) berbagai trik kotor.

Bagaimana tidak? Latihan Pramuka diadakan setiap hari Sabtu sore. Bayangkan, akhir minggu bersama para Dewan Penggalang dan Tunas Kelapa. Mereka seperti tak bisa memilih hari lain yang lebih 'menyenangkan' saja. Dan ini masih diperparah pada saat upacara di hari Senin. Bila ketahuan membolos latihan, berarti murid merana tersebut harus siap dihukum di hari Seninnya, setelah upacara.

Image Pramuka pun berkembang. Tak lagi sebuah momok, namun musuh yang harus dilawan. Akhirnya, kami pun membuat sistem kami sendiri untuk melawannya.

Setiap latihan, kami per regu diminta mengumpulkan uang kas masing-masing, untuk keperluan perkemahan di akhir tahun. Setiap anak Rp 50,- per minggu. Dan disinilah kami belajar bahwa pepatah populer 'ada uang semua beres' itu benar adanya.

Setiap awal bulan, aku merelakan uang jajanku senilai Rp 500,- untuk menyogok ketua reguku agar tetap mengisi absenku. Dua kali lipat harga sebenarnya, dan ditambah Rp 100,- untuk bonus. Semahal itulah dua jam di hari Sabtuku. Alhasil, aku tak harus masuk latihan setiap Sabtu sore. Aku bisa nonton atau berenang atau bermain, tanpa harus memikirkan hukuman. Dan itu tidak hanya dilakukan olehku.

Belum lagi masalah selempang yang harus dilengkapi dengan kain bundar-bundar yang aku lupa namanya, yang hanya bisa dimiliki ketika kita sudah mengerjakan suatu tugas. Karena malas mengerjakan tugas-tugas 'mengada-ada' itu, akhirnya kami menciptakan sistem sendiri lagi.

Kami outsourcing. Membeli kain bundar-bundar dari luar dan menjualnya kembali ke teman-teman di sekolah. Tentu saja sedikit lebih mahal. Beberapa dari kami bahkan nekat untuk mencurunya dari koperasi Pramuka. Hanya demi tidak dihukum.

Di tingkat SMA, ketertarikan dan rasa hormatku pada lembaga Pramuka ini sudah habis. Pramuka bagiku tak lebih dari sekedar pemaksaan dan militerisme terselubung.

Aku memang belajar banyak di Pramuka. Belajar menyogok ketua reguku agar bisa bolos latihan, belajar dagang kain bunder-bunder, belajar cari alasan agar tidak disuruh melata-lata di lumpur, belajar mempertahankan argumen agar tidak disuruh ikut apel pagi, dan sebagainya.

Tapi, entah kapan, aku sempat tersentuh mendengar keprihatinan seorang Pramuka senior. Atau kepanduan, pada masa beliau?

"Waktu saya kecil, pramuka adalah kebanggaan," ucapnya. "Kami tidak berani masuk latihan sebelum melakukan satu kebaikan di hari itu."

Dan sekarang, apakah Pramuka telah lebih baik? Selamat Hari Pramuka!

2 comments:

RonggoLawe said...

Waktu aku kecil, pramuka adalah kempink, jelajah rimba-kota, permainan, nyanyi2, gitar-gitaran, poco-poco, dan hasilnya dangdutan...huehehehe...Tunas-tunas kelapa muda, yang bisa hidup dimana saja, bermanfaat pada setiap bagiannya, dan angkuh tegak menjulang...Salam Pramuka!

bulb-mode said...

Salam Non-Pramuka!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...