Walau akhir minggu, Sabtu kemarin Kaliurang tetap tidak seramai biasanya. Mungkin pengaruh bulan puasa. Aku pun, kalau tidak karena sedang ada keperluan, mungkin tidak akan meluangkan hari Sabtu-ku kemarin untuk mengunjungi Kaliurang.
Pertama, karena ini bulan puasa. Dan itu berarti aku tidak bisa mampir dan menghangatkan diri sejenak di warung di pinggir taman bermain, sambil menikmati segelas susu coklat hangat favoritku. Kedua, karena akhir-akhir ini hawa di Jogja terasa amat dingin. Apalagi di Kaliurang.
Tapi, siang kemarin, aku memaksakan diri pergi ke Kaliurang. Jangan khawatir, ini bukan semata-mata demi mencarikan data untuk kamu, kok. Aku ingin sekaligus mencari bahan untuk tulisan mengenai villa dan keadaan di Kaliurang.
Benar dugaanku. Hawa di Kaliurang hari itu terasa amat dingin. Bahkan, hawa dingin telah aku rasakan sebelum kami mencapai pertigaan Gentan. Dengan formasi Dee mencatat dan aku menyupir motor, kami pun menjelajahi Kaliurang. Penginapan, terutama villa-villa, kami datangi.
Data yang kami dapat menunjukkan bahwa rupanya Kaliurang masih menjadi salah satu tempat tujuan utama saat libur lebaran datang. Berkah di akhir bulan puasa tersebut membuat para pengelola penginapan rata-rata meningkatkan harga sewanya. Bahkan ada yang hingga dua kali lipat. Itu cukup mengejutkanku.
Villa Srikandi, yang setahuku sekitar setahun yang lalu disewa Wippie untuk acara reuni dengan harga Rp 450.000,- per malam, kini ditawarkan dengan harga Rp 1,1 juta per malam. Catnya memang baru dan villanya bersih, dengan tiga kamar yang nyaman. Tapi, dua kali lipat lebih?
"Biasanya 500 ribu per malam, Mbak. Tapi pas lebaran sampai hari Minggu harganya 1,1 juta," jelas Bapak Penjaga Villa Srikandi dengan jujur.
Oh, begitu.
Sementara Villa Bukit Turgo Indah mematok harga sewa hingga Rp 1,3 juta per malam untuk villa dengan empat kamar. Gedungnya tampak baru, tingkat dua, berkesan mewah, dan bersih. Bagus memang, tapi entah mengapa terasa 'kosong'. Untuk melengkapi data kami, aku pun meminta selembar brosur pada pengelolanya. Dan di sana tercantum harga Rp 500.000,- - Rp 700.000,- per malam. Lagi-lagi, dua kali lipat?
"Iya, selama lebaran," jawab Bapak Penjaga Villa Bukit Turgo Indah.
Oh, baiklah.
Ketika harga dua kali lipat sudah cukup mengejutkanku, Villa Merapi Indah ternyata menetapkan kebijakan yang lebih mengerikan lagi. Harga sewa per malamnya dipatok Rp 800.000,-. Dan HARUS disewa dua malam.
"Semalam juga boleh, Mbak, tapi bayarnya sama," ungkap Ibu Penjaga Villa Merapi Indah.
Oh please... Padahal, villa tersebut memiliki bangunan yang sudah tua. Dengan pintu yang terlihat ringkih. Dari luar, Villa Merapi Indah memang tampak menarik. Tua dan eksotis. Tapi di dalamnya ternyata amat gelap. Mungkin karena gorden-gorden yang tertutup. Villanya juga tak terlalu besar, dengan tiga kamar yang berukuran kecil. Sebuah mini bar bergaya 80-an justru memenuhi ruang keluarga yang sudah kecil itu. Dan kamar mandinya ada dua.
"Tapi yang satu di luar," tambahnya.
Oh-oh...
Kami juga menyempatkan mampir di Villa Winotosastro yang berkesan 80-an. Bangunannya tampak menarik. Walau bukan rumah baru, tapi terawat. Sebuah spanduk promosi terpampang di pagarnya. Rp 550.000,- per malam, dengan fasilitas tiga kamar dan air hangat. Wah, murah juga. Ruangan di dalamnya cukup unik, kalau tidak boleh dibilang aneh. Tiga kamar yang kecil, namun nyaman dan bersih, serta sebuah ruang keluarga yang aneh. Aku sampai tidak mampu mendeskripsikannya. Dan tanpa sofa.
"Ini harga promo, waktu lebaran juga harganya sama," kata Mas Penjaga Villa Winotosastro.
Tanpa sofa? Ini, menurutku, tidak nyaman.
Akhirnya kami menemukan Villa Satyawati. Aku ingat, aku pernah bermalam di sini. Makrab terakhir untuk angkatanku, dengan peserta yang cukup banyak. Tak heran, rentetan kenangan menyerang otakku ketika aku melangkah masuk dan menelusuri villa tersebut. Remember those days?
Masih bersih. Masih nyaman. Masih terang. Sebuah rumah bangunan lama yang sederhana dengan cat hijau dan sentuhan warna merah. Menyenangkan dan 'hangat'. Dulu, kalau tidak salah, harga sewanya Rp 300.000,- per malam. Dan sekarang Rp 600.000,- per malam.
"Harusnya 750 ribu, Mbak, tapi kalau cuma untuk 10 orang ya 600 ribu saja," ucap Mbak Penjaga Villa Satyawati.
Aku pilih yang ini. Mungkin karena faktor kenangan juga.
Kalau kamu, jadi mau pilih yang mana?
Pertama, karena ini bulan puasa. Dan itu berarti aku tidak bisa mampir dan menghangatkan diri sejenak di warung di pinggir taman bermain, sambil menikmati segelas susu coklat hangat favoritku. Kedua, karena akhir-akhir ini hawa di Jogja terasa amat dingin. Apalagi di Kaliurang.
Tapi, siang kemarin, aku memaksakan diri pergi ke Kaliurang. Jangan khawatir, ini bukan semata-mata demi mencarikan data untuk kamu, kok. Aku ingin sekaligus mencari bahan untuk tulisan mengenai villa dan keadaan di Kaliurang.
Benar dugaanku. Hawa di Kaliurang hari itu terasa amat dingin. Bahkan, hawa dingin telah aku rasakan sebelum kami mencapai pertigaan Gentan. Dengan formasi Dee mencatat dan aku menyupir motor, kami pun menjelajahi Kaliurang. Penginapan, terutama villa-villa, kami datangi.
Data yang kami dapat menunjukkan bahwa rupanya Kaliurang masih menjadi salah satu tempat tujuan utama saat libur lebaran datang. Berkah di akhir bulan puasa tersebut membuat para pengelola penginapan rata-rata meningkatkan harga sewanya. Bahkan ada yang hingga dua kali lipat. Itu cukup mengejutkanku.
Villa Srikandi, yang setahuku sekitar setahun yang lalu disewa Wippie untuk acara reuni dengan harga Rp 450.000,- per malam, kini ditawarkan dengan harga Rp 1,1 juta per malam. Catnya memang baru dan villanya bersih, dengan tiga kamar yang nyaman. Tapi, dua kali lipat lebih?
"Biasanya 500 ribu per malam, Mbak. Tapi pas lebaran sampai hari Minggu harganya 1,1 juta," jelas Bapak Penjaga Villa Srikandi dengan jujur.
Oh, begitu.
Sementara Villa Bukit Turgo Indah mematok harga sewa hingga Rp 1,3 juta per malam untuk villa dengan empat kamar. Gedungnya tampak baru, tingkat dua, berkesan mewah, dan bersih. Bagus memang, tapi entah mengapa terasa 'kosong'. Untuk melengkapi data kami, aku pun meminta selembar brosur pada pengelolanya. Dan di sana tercantum harga Rp 500.000,- - Rp 700.000,- per malam. Lagi-lagi, dua kali lipat?
"Iya, selama lebaran," jawab Bapak Penjaga Villa Bukit Turgo Indah.
Oh, baiklah.
Ketika harga dua kali lipat sudah cukup mengejutkanku, Villa Merapi Indah ternyata menetapkan kebijakan yang lebih mengerikan lagi. Harga sewa per malamnya dipatok Rp 800.000,-. Dan HARUS disewa dua malam.
"Semalam juga boleh, Mbak, tapi bayarnya sama," ungkap Ibu Penjaga Villa Merapi Indah.
Oh please... Padahal, villa tersebut memiliki bangunan yang sudah tua. Dengan pintu yang terlihat ringkih. Dari luar, Villa Merapi Indah memang tampak menarik. Tua dan eksotis. Tapi di dalamnya ternyata amat gelap. Mungkin karena gorden-gorden yang tertutup. Villanya juga tak terlalu besar, dengan tiga kamar yang berukuran kecil. Sebuah mini bar bergaya 80-an justru memenuhi ruang keluarga yang sudah kecil itu. Dan kamar mandinya ada dua.
"Tapi yang satu di luar," tambahnya.
Oh-oh...
Kami juga menyempatkan mampir di Villa Winotosastro yang berkesan 80-an. Bangunannya tampak menarik. Walau bukan rumah baru, tapi terawat. Sebuah spanduk promosi terpampang di pagarnya. Rp 550.000,- per malam, dengan fasilitas tiga kamar dan air hangat. Wah, murah juga. Ruangan di dalamnya cukup unik, kalau tidak boleh dibilang aneh. Tiga kamar yang kecil, namun nyaman dan bersih, serta sebuah ruang keluarga yang aneh. Aku sampai tidak mampu mendeskripsikannya. Dan tanpa sofa.
"Ini harga promo, waktu lebaran juga harganya sama," kata Mas Penjaga Villa Winotosastro.
Tanpa sofa? Ini, menurutku, tidak nyaman.
Akhirnya kami menemukan Villa Satyawati. Aku ingat, aku pernah bermalam di sini. Makrab terakhir untuk angkatanku, dengan peserta yang cukup banyak. Tak heran, rentetan kenangan menyerang otakku ketika aku melangkah masuk dan menelusuri villa tersebut. Remember those days?
Masih bersih. Masih nyaman. Masih terang. Sebuah rumah bangunan lama yang sederhana dengan cat hijau dan sentuhan warna merah. Menyenangkan dan 'hangat'. Dulu, kalau tidak salah, harga sewanya Rp 300.000,- per malam. Dan sekarang Rp 600.000,- per malam.
"Harusnya 750 ribu, Mbak, tapi kalau cuma untuk 10 orang ya 600 ribu saja," ucap Mbak Penjaga Villa Satyawati.
Aku pilih yang ini. Mungkin karena faktor kenangan juga.
Kalau kamu, jadi mau pilih yang mana?
8 comments:
Beberapa hari yang lalu aku sempet sewa villa di kaliurang, harga nya 400 an ribu. Ada meja bilyard nya lagi (meskipun aku ga seneng, tp temen2 pada milih villa ini gara2 murah dan ada meja billyard nya itu).
Hah? Oya? Villa apa namanya ya Gi? Koq aku nggak mampir... btw, kalo kesana lagi, nyewa villanya Mira aja. :D
Aku sebenernya cari yang sekalian ada bowlingnya klo bisa... :p
foto-foto villa nya disini ndie (yang judulnya ada tulisan IDwebhost Gathering)
http://flickr.com/photos/jogjacamp
Masalah namanya aku lupa, itulah kekurangan kita, susah inget nama :D
Nanti tak tanyain lagi temenku.
kalo gak salah ada yg pas di bawahnya, yang kita pake buat makrab anak baru. villa sailendra apa ya?
oggix: Gi, fotomu lebih banyak yang gambar kalian sendiri. Lantas, gimana itu bisa mendeskripsikan villanya...hiks... :(
ronggolawe: Itu Villa Aerlangga, dang nggak pas di bawahnya. Tapi sekarang bentuknya kurang terawat.
Indi...kapan kumpul2 lagi? Mengingat kegilaan kita dulu, hwehehe. Btw, itu poto kumpul2 pas Wipi balik dari Oz itu yah?
thea: kapan yuks kumpuuuuul... tapi cari waktunya The, yang susah. Kalo aku lebih fleksibel. Kayaknya paling mungkin kumpul di Jakarta. Hue... tapi masa ya Jakarta siy? :S
Itu kumpul sebelum kita lulus. Masih ada Dadang, Desvan yang rambutnya masih pirang, Mira, Asha, Boim, Noko, Titah, dll. Rambutku masih panjang pula. :D
Villa apa ya namanya? Sy sedang cari untuk minggu ini..
Post a Comment