Pages

Thursday, December 9, 2010

Makan Malam yang 'Ajaib'

"Lihat, ini bergerak-gerak," ujar Arya. Dia menunjuk pada semacam kulit bawang yang digoreng dan sangat tipis, yang ditaburkan di atas takoyaki pesanannya.

Aku dan Dhira mendekatkan diri ke takoyaki itu. Iya, kami melihat benda asing yang tipis di sekitar takoyaki bergerak-gerak. Berkerut-kerut. Berkedut-kedut.


"Apa itu?" tanya Dhira. Kami semua keheranan mengamati benda aneh itu.

"Nggak tahu, tapi ini hidup," ujar Arya. "Di takoyaki memang ada seperti ininya."

"Ah masa sih? Mungkin karena AC?" tanyaku tak percaya. Tapi, AC-nya sama sekali tak terasa. Hm... lalu kenapa bergerak-gerak? Aku ikut bergidik.

Mbak Pelayan lewat di sebelah meja kami.

"Mbak, lagi sibuk nggak?" tanya Arya penuh kenaifan, menghentikan kecekatan Mbak Pelayan saat berjalan. Padahal dia melihat Mbak Pelayan sedang berjalan dengan tergesa-gesa sambil membawa beberapa pesanan di tangannya.

Mbak Pelayan tak punya pilihan lain selain berhenti sebentar dan meladeni kami.

"Ini apa sih, Mbak? Kok bergerak?" tanya Arya sambil menunjuk benda asing yang masih berkedut-kedut itu.

Berkerut, membuka, berkerut, membuka...

"Itu ikan digoreng yang diserut jadi tipis, Pak," jawab Mbak Pelayan dengan profesional.

"Tapi kok bergerak-gerak?"

Berkerut, membuka, berkerut, membuka...

"Mungkin karena angin," Mbak Pelayan masih berusaha menjawab.

"Tapi nggak ada angin, Mbak," Arya tak mau menyerah. Dia masih penasaran.

Tiba-tiba... "Ini hidup ya, Mbak?!" tanya Dhira dengan lugu.

Mbak Pelayan tampak terkejut. Entah karena pertanyaannya yang sangat retoris, atau karena adanya kemungkinan bahwa serutan ikan masih bisa hidup. Sementara aku memilih untuk sedikit menjauh dari mereka dan bersembunyi di balik buku menu yang besar.

Malu.


===

"Kalau aku pesan tentakel gurita gimana?" tanya Dhira.

Aku tahu dia mencari teman kalau-kalau rasanya aneh. Aku melihat fotonya di buku menu. Aneh, tapi masih boleh lah... Aku mengangguk-angguk tanda setuju, dan secepat kilat Dhira langsung memesan.

"Maaf, tentakelnya sold-out, Mbak," ujar Mas Pelayan. "Bagaimana kalau diganti bayi gurita?"

Aku langsung mengalami flash back, mendengar cerita Hera tentang pengalamannya memakan bayi gurita dalam versi lambat. " B a y i   g u r i t a ? "

Terbayang bayi-bayi gurita kecil mungil, dengan kepala bundar yang lucu dan tentakel-tentakel yang pendek, berenang-renang di sekitar ibunya.

Dhira memandangku penuh harap. Aku membalas pandangannya dengan seribu pesan penolakan.

"Ayolah, Ndie! Masa kamu udah buat aku makan ular kobra, sekarang nggak mau temenin aku makan bayi gurita?" Dhira memojokkanku.

"Oh, baiklah..." Aku menyerah dan menerima nasibku berteman dengan si Labil Kuliner. Yang katanya tidak mau makan sayur, tapi mau makan lotek. Yang katanya tidak mau makan ular, tapi justru menghabiskan sate ular yang ada. Yang katanya jijik dengan sushi, tapi justru memesan bayi gurita.

Lalu bayi gurita pesanan Dhira pun datang.

Aku cepat-cepat memilih yang terkecil. Hah! Paling tidak aku sudah berpartisipasi. Arya mendapat yang ukuran sedang, dan Dhira mendapat ukuran terbesar.

Tanpa banyak berpikir, aku dan Arya mulai mencicipinya. Menggigit tentakel kecilnya, merasakan bumbunya, sebelum terdengar jeritan histeris Dhira.

"Aaaaah! Indiiiie! Keluar merah-merahnya...!"

Kulihat Dhira sedang sibuk dengan sumpit dan bayi guritanya. Sumpit dipegang di masing-masing tangan, lalu digunakan untuk 'mengaduk-aduk' isi bayi gurita sambil menjauhkan badannya. Seperti dokter amatir yang penuh rasa penasaran.

Hingga merah-merah itu meleleh keluar. Darah?

"Ini merah-merahnya keluar, Ndie!" Dhira berteriak antara jijik dan geli dan... excited? "Aku geli...! Hi...!"

Ya aku juga! Melihar Dhira seperti itu, aku ikut jijik dan meletakkan bayi gurita yang hampir kulahap. Kayanya Arya juga terkena imbas jijik kami.

Lalu tiba-tiba kami terdiam. "Eh, bukannya gurita itu darahnya nggak merah ya?" Dhira menanyakan hal yang prinsipil.

Ya ampun, Dhira. Merah-merah itu kan bumbunya! :(

"Sebenarnya yang buat makannya jadi mengerikan itu ya kalian berdua kok..." ujar Arya sambil melanjutkan memakan bayi gurita.


4 comments:

inten said...

ihhh.. baru bacanya geli, bayi???

bulb-mode said...

Iya... bayi... :'( Tapi nggak semengerikan itu kok, ternyata... :p

Donny said...

ikan-goreng-serut-tipis-yang-masih-idup ama bayi gurita namanya siapa?

bulb-mode said...

Hihihi! Coba tanya Dhira langsung...dia yang tampak sangat antusias... :p

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...