Pages

Wednesday, September 3, 2008

Phi Phi Day Two: Selamat Tinggal!


Setelah semalaman berpikir, membuatku mengambil keputusan yang instan untuk mengatasi kekhawatiran perjalanan pulang ke Krabi.

Pilihan untuk menggunakan pesawat sudah dihapus dengan cepat. Walau bisa membawa kami kembali ke Krabi dalam hitungan menit, tapi ternyata pesawat ini sedang tidak aktif.

Pesawat tidak berani mendarat dengan gelombang setinggi ini. Kira-kira itulah alasannya. Maklum, pesawat amphibi.

Pilihan lain adalah menyeberang ke Phuket. Tapi gosip bahwa kapal yang digunakan mirip dan perjalanan Phuket - Krabi sendiri sekitar dua jam perjalanan darat, membuatnya tampak amat tidak praktis.

Aku saat itu sedang memuja kepraktisan. Hidup pragmatis!

Mau tidak mau, kami harus menggunakan jalur yang sama. Dengan kapal siksaan yang sama.

Saat itulah kami memutuskan untuk membeli obat tidur saja. Agar semua bisa tidur dengan tenang selama perjalanan mencekam. Termasuk aku dan Dik Andra. Akan hilang rasa mabuk, rasa khawatir, dan ketakutan sepanjang perjalanan. Praktis!

Perjalanan ke Ton Sai, tempat ibu dan tanteku menginap kini ditempuh selama empat jam dengan Taxi Boat. Kami memang sengaja mengambil tour dari hotel untuk berkeliling pulau-pulau yang ada. Kami ingin menikmati laut sebelum kembali ke Krabi.

Laut yang jernih, dengan ombak yang (masih) besar. Aku antara ingin berenang tapi malas. Bapak Sopir Taxi Boat cuma memberi waktu beberapa menit berhenti dan bermain air di setiap spot. Dan rasanya riskan sekali berenang tanpa fin dan masker di laut dengan ombak sebesar itu.

Akhirnya kami hanya berputar-putar, menikmati pemandangan yang indah dari pulau-pulau dengan tebing tinggi, lalu pulang ke Ton Sai.

Begitu mendarat, aku segera menyelesaikan sebagian bebanku dengan membeli paket obat tidur untuk empat orang. Rasanya seperti melakukan persiapan untuk pembunuhan massal.

Sebelum kapal berangkat ke Krabi, kami menghabiskan sisa waktu di Phi Phi dengan berkeliling. Mengamati betapa ramainya pulau ini. Setiap bangunan adalah hotel, atau cafe, atau bar, atau penyedia jasa tour, atau warung makan. Dan yang berlalu lalang sebagian besar adalah turis-turis berkulit putih.

Begitu jam sudah menunjukkan waktunya berangkat, kami segera menghabiskan obat tidur. Dan berharap semoga kedua ibu itu segera tertidur sebelum kapal bergerak.

Tapi apa yang terjadi? Di sepanjang perjalanan pulang kedua ibu tadi tetap terjaga. Sementara aku dan Dik Andra lah yang tertidur. Oh Tuhan...

Untung saja, entah mengapa, perjalanan pulang amat tenang. Laut sama sekali tidak bergelombang dan perjalanan laut terasa seperti perjalanan darat.

Sementara aku dan Dik Andra mengakhiri keseluruhan tour dengan sukses tertidur pulas.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...