Pages

Tuesday, November 9, 2010

Panic at the House


Karena suasana Yogyakarta Utara yang cukup mencekam beberapa hari yang lalu (terima kasih kepada media dan rumor!), aku lebih banyak tinggal di rumah - dalam kondisi siap mengungsi kapan saja. 

Bagaimana tidak, rumor-rumor berseliweran di setiap sudut yang kudatangi. Mitos-mitos yang terpendam bermunculan satu per satu dan menyerang bersamaan. Mulai dari sejarah Gunung Merapi tahun 1006 M dan hilangnya peradaban Mataram Kuno, kisah-kisah dari penduduk yang mengungsi, legenda dan foto Mbah Petruk, ramalan Ponimin yang bombastis, hingga cerita-cerita 'abdi dalem' tentang suasana Kraton Jogja.


Meski tidak percaya, tapi sekali kita mendengarnya, kisah-kisah itu akan melekat di dalam otak. Bayangkan bila arus informasinya tidak terbendung dan semua kisahnya 'menakutkan'. Pantaslah bila ibuku menjadi panik. Apalagi, saat itu ayahku sedang dinas ke luar kota untuk beberapa hari.

Tak hanya rumor magis, kekalutan di Jogja ditambah dengan berita-berita tak bertanggung jawab dari stasiun-stasiun televisi. Ada yang bilang awan panas sudah sampai Jalan Kaliurang km 5, ada yang justru menjadikan peramal-peramal itu sebagai narasumber. Informasinya menyesatkan.

Ring aman yang semula 5 km, dinaikkan menjadi 10 km, lalu 15 km, dan terakhir 20 km. Sementara rumah kami terletak di ring 24 km. Berita tentang diluaskannya lagi ring aman mulai dari 25 km hingga 60 km tak jarang kami dengar, baik via BBM atau SMS berantai.

Akibatnya, kepanikan jelas semakin menjadi-jadi. Belum lagi munculnya informasi tentang lahar dingin dengan material hingga 100 juta meter kubik yang akan membanjiri sungai-sungai di Jogja. Kebetulan di dekat rumahku ada sungai dicurigai merupakan terusan dari Kali Kuning, salah satu sungai yang akan dialiri lahar dingin.

Kemudian kondisinya membaik. Sebelum gegabah mengungsi, kami duduk berunding dengan menyingkirkan semua informasi terlebih dahulu, lalu memilah-milah dan mencocokkannya dengan fakta yang ada. Kami memutuskan untuk tidak mempercayai (kalau perlu, tidak mendengarkan) segala rumor tanpa sumber berita yang jelas, dan harus selalu mengkonfirmasi berita yang muncul di televisi. Stasiun televisi pun hanya dipilih dua: Metro TV dan TVRI.

Mas Ian, Mbak Donna, Mas Jagad, dan Arya menginap di rumah untuk dua malam, sementara keluarga Mira juga menetap sementara di rumah sebelah. Suasana makin tenang, karena kalau pun ada apa-apa, kami tetap bersama-sama.

Sekarang kondisi Jogja sudah lebih baik. Jauh-jauh lebih baik dan tenang. Mbah Rono sudah muncul dan menjelaskan panjang-lebar mengenai peristiwa Gunung Merapi ini dari sisi ilmiah. Media-media sudah mulai ditindak (semoga benar).

Setelah menyempatkan keluar sebentar untuk mengurus keuangan, sore hari tanggal 7 kemarin, aku menyempatkan diri memasak - jarang-jarang. Kali ini, untuk merayakan hari ulang tahun Arya karena aku tidak sempat menyiapkan kado apa-apa untuknya.

Kali ini kadonya Macaroni and Cheese saja ya? :)


* Foto diambil dari sini.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...