Pages

Thursday, November 11, 2010

Ayo Mulai Dipikirkan...


Meletusnya Gunung Merapi kali ini membawa korban jiwa yang tak sedikit dan kerugian materiil yang tak terkira banyaknya. Ini bukan hanya dihitung secara kasar seperti berapa banyak sapi yang mati atau berapa banyak rumah yang rubuh.

Kerugian material mencakup hal-hal lain yang sifatnya berkelanjutan, seperti tanaman yang gagal panen, tanah yang butuh waktu untuk bisa kembali normal, harga rumah dan tanah yang anjlok bila penduduk setempat memilih pindah, wisatawan yang berkurang drastis, dan sebagainya.


Itu semua ditukar dengan jutaan meter kubik material dari Gunung Merapi. Kata orang-orang, abu vulkaniknya memiliki daya jual yang cukup tinggi. Bisa untuk bahan pengganti semen. Bahkan ada yang bilang kalau abu vulkanik Gunung Merapi ini (apabila niat diteliti) memiliki kandungan yang luar biasa.

Jadi semestinya abu vulkanik - yang bertebaran di sekitar kita, yang menumpuk hingga merobohkan rumah dan pepohonan, yang menebalkan jalanan - ini cukup berharga ya?

Belum lagi limpahan pasir dan batu-batu yang bisa dieksploitasi untuk meningkatkan pendapatan. Sangat bisa diperjual-belikan, dan semua orang - termasuk penduduk setempat - sudah tahu tentang itu.
 

Lalu tujuan saya menuliskan hal ini apa?

Tujuan saya adalah memberikan usul bagi siapa pun yang memiliki wewenang agar berhati-hati dalam memanfaatkan 'modal awal' tersebut. Bahwa segala macam limpahan material yang berasal dari Gunung Merapi hendaknya digunakan dengan sepatutnya. Patut di sini berarti dikembalikan pada masyarakat setempat. Menggunakannya dengan mengedepankan kesejahteraan mereka yang seakan-akan sudah 'dikorbankan'.

Menurut saya, 'modal awal' atau harta karun ini adalah hak mereka.

Saya sempat mencuri dengar bahwa para investor sudah mulai menyiapkan rencana untuk mengeruk harta karun itu dan menjualnya murni untuk mencari untung.

Kenapa tidak justru kita manfaatkan limpahan material itu untuk mengganti kerugian mereka yang kehilangan segala-galanya akibat bencana ini. Mereka yang terpaksa meninggalkan rumah dan ternaknya, mereka yang rumahnya ambruk karena abu atau terbakar habis akibat awan panas. Mereka yang kehidupannya terhenti.

Kalau saja mau, Pemerintah bisa melakukan sesuatu untuk mereka. Pemerintah tidak perlu mengeluarkan uang banyak-banyak deh... Tidak perlu rapat-rapat untuk buat anggaran yang toh nantinya juga bakal disunat. Mereka hanya perlu mengelola harta karun tersebut untuk membiayai relokasi/rehabilitasi pemukiman penduduk, untuk membuka peluang kerja bagi penduduk setempat agar bisa meneruskan hidupnya, dan menyediakan masa depan bagi mereka.

Sebenarnya, Pemerintah berhutang banyak pada pengungsi dan relawan. Apalagi mengingat kata-kata tak berperasaan yang diucapkan oleh pejabat-pejabat sebagai wakil yang namanya pemerintah itu.

Investor yang mengeruk segala macam harta karun itu belum tentu akan memikirkan kehidupan penduduk setempat. Bukan salah mereka juga, karena tujuan mereka memang mencari untung dan berbisnis. Ya memang, bisa saja mereka memberikan mata pencaharian - sebagai buruh tambang. Tapi bagaimana dengan rumah, ternak, dan masa depan mereka?

Tapi ya sekali lagi, berharap pada Pemerintah itu bagaikan njagakke endhoge si blorok. Atau bergantung pada akar yang rapuh (karena korupsi). Bisa-bisa justru mereka yang mengambil untung. Bantuan saja bisa diperjual-belikan oleh mereka.

Lalu kita harus berharap pada siapa? Butuh lebih dari niat beberapa gelintir orang untuk menyelamatkan harta karun itu. Boleh-boleh saja sih harta karun itu dijual, tapi tetap harus dalam pengawasan dan mengedepankan asas kesejahteraan penduduk setempat.

Ayo, Pemerintah, siapkan rencana! Saya tahu, para investor itu sudah mulai menyiapkan rencana. Ada yang bahkan sudah mulai mencari-cari pasar untuk ekspor ke luar negeri. :(

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...