Pages

Monday, March 31, 2008

Jombang Day Two: Jombang-Ngawi-Solo

Hari kedua di Jombang dipenuhi dengan hawa panas. Matahari bersinar terik. Sementara kami, mungkin karena merasa kelelahan akibat perjalanan panjang semalam atau karena sebegitu cintanya pada kamar bernomor 17 itu, memilih untuk bersantai-santai di kamar sampai saatnya berangkat ke rumah Rizal.

Satu jam sebelum makan siang, kami berangkat ke lokasi, setelah sebelumnya mandi dengan penuh perjuangan. Alam yang merasa tertipu karena ternyata tidak berhasil mendapatkan tiket untuk kembali ke Bandung memutuskan untuk memisahkan diri dari kami.

Ia menolak segala yang kami tawarkan. Termasuk makan siang terlebih dahulu. Alam memilih untuk diturunkan di terminal bis agar bisa segera sampai di Jogja.

Hihihi... semoga selamat sampai tujuan ya...

Rumah Rizal yang terletak di pinggir Jl. Brawijaya tampak ramai dipenuhi tamu. Kami pun berjumpa dengan teman-teman Dhira yang sempat kami kenal di Rembang dulu. Lagi-lagi berjumpa dengan teman lama.

Dari pernikahan Rizal, kami memutuskan untuk menyempatkan diri mampir di RM Nikmat yang menyajikan rawon super enak. Mungkin karena mood-ku sedang naik-turun, perjalanan di Jombang tidak tercatat dan terdokumentasikan dengan baik.

Bahkan CF 2 GB yang aku siapkan dari Jogja tidak sempat aku pakai. Sama sekali.

Alhasil aku tak punya catatan apa pun tentang alamat atau pun harga-harga di RM Nikmat. Tapi yang pasti, rawonnya enak. Apalagi dengan minuman es leci degan-nya. Nyam!

Kami berhenti sejenak di rumah Dowie. Selain berganti pakaian, kami juga menikmati berpongge-pongge durian oleh-oleh Ani. Tampak lezat, tapi aku tak ingin mencicipinya. Aku sedang tak begitu suka durian.

Perjalanan hampir saja berlanjut ke arah Malang. Hampir. Tapi rasionalitas 'mereka' ternyata berhasil mengalahkan ide impulsifku. Kami pun pulang ke Jogja dengan melewati rute yang wajar.

Sesuai rencana, kami ingin menikmati gudeg ceker yang terkenal di Solo. Karenanya, perut harus diisi terlebih dahulu di Ngawi. Menunggu hingga jam 2 malam dengan perut keroncongan bukanlah hal yang menyenangkan.

Sayangnya, makan malam di Ngawi jauh dari kata enak. Aku dan Dhira memesan bakso, sementara yang lain memesan mie ayam. Beruntungnya kami, rasa bakso itu masih bisa dibilang enak.

"Enak vetsin," Dhira mendeskripsikan rasanya.

Sementara, rasa mie ayam jauh-jauh-jauh lebih parah. Rasa yang didominasi oleh getirnya rasa sawi putih. Rasa kuah hingga rasa mie-nya bergulat dengan rasa sawi putih. Huelk...!

Solo pun menjadi perhentian kami selanjutnya. Menanti Gudeg Ceker di Red House dengan segelas kopi susu instan. Tapi live music yang disuguhkan oleh Red House bisa membuat tubuh lelahku kembali bersemangat.

Pukul dua tepat, kami sudah mengantri di bangku-bangku Gudeg Ceker. Dan rasanya memang enak. Dagingnya sangat empuk dan mudah sekali terkelupas dari tulang-tulang ceker. Rasa gudegnya gurih dan ringan, tak terlalu manis. Walau tak selezat yang kubayangkan, tapi layak untuk diperjuangkan. Terlebih dengan sensasi terkantuk-kantuk.

Setelah perut kenyang, kami pun berangkat menuju Jogja. Lalu menanti sun rise di pom bensin Sagan, ditemani sekoteng hangat dan teh poci.

Ah. Satu lagi perjalanan telah berakhir.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...