Pages

Thursday, July 10, 2008

Belajar Melukis Semangat

Yang kamu butuhkan untuk belajar melukis adalah niat yang kuat. Dan teman yang baik hati. Seperti Deni, Sang Pak Tino Sidin. Setelah itu, baru mulai menyiapkan alat-alat teknisnya.


Aku memulainya dengan membeli sebuah kanvas berukuran 60x60 cm, tiga buah kuas dengan ukuran yang berbeda-beda, dan beberapa tube cat. Lalu hari yang ditunggu-tunggu tiba. Di siang hari yang cerah, aku mulai belajar melukis (instan).

Pertama-tama yang harus dilakukan adalah membuat sket-nya di kertas. Sket itu terbukti memang membantuku. Aku jadi seakan-akan memiliki 'peta' untuk melukis di atas kanvas, yang notabene ukurannya jauh lebih besar.

Deni mengajariku cara mencampur warna, menggunakan kuas, dan hal-hal praktis lainnya. Kanvas dilapisi dulu dengan cat warna putih, dua kali. Lalu diberi background warna yang diinginkan.

Aku memilih coklat muda. Tapi kok tampak seperti warna salem ya?


Satu pelajaran yang aku dapat, cek dulu cat sebelum kamu mulai melukis. Cat acrylic tidak bisa dicampur dengan cat minyak!

Itulah yang aku alami. Aku membeli cat acrylic untuk melengkapi cat minyak yang sudah tersedia. Aku sama sekali tidak menyiapkan pengencer minyak dan segala perlengkapan cat minyak. Karena asumsiku, aku akan melukis dengan cat acrylic yang cukup diencerkan dengan air.

Yeah-yeah-yeah...

Akhirnya, kreatifitaslah yang menolong kami. Kami bereksperimen, menggunakan cat acrylic sebagai background, dilanjutkan dengan cat minyak yang diencerkan dengan minyak tanah.

Memang terdengar kacau. Tapi hasilnya tidak terlalu buruk. Coret sana, coret sini... voila! Kuperkenalkan lukisan pertamaku:

"Secangkir Semangat Melukis"


Yah, intinya memang bukan di lukisannya, tapi di semangat belajarnya.

"Seperti cover notes, Mbak," sahut adikku menjatuhkan semangatku.

Yeah, rite!

"Sekarang tinggal kasih tanda tangan, Ndie," ucap Deni di akhir sesi belajar melukis.

Duh... tidak, terima kasih. Tidak sekarang. Dan lukisan ini berhasil membuat ayahku ingin meminum secangkir kopi. ;)

9 comments:

Anonymous said...

Indie, itu sendal yang dipakai beneran sendalmu? Kok kek sendal cowok ya?

**hihi ini bukannya ngomentari lukisannya malah sendalnya**

Anonymous said...

wah2
baju yg km pake hasil desaign mu ya? mengalami kemajuan yg ckp signifikan:P

bulb-mode said...

lala:
Duh La... penting banget pertanyaanmu ya? :p Itu sandal bapakku. Pinjem bo'...

penjaga senja:
Baju? Itu kaos dari PSKP je... :D

Anonymous said...

lucu banget ndiiie hasile

bulb-mode said...

ogi:
...uh... tersanjung... kmu satu-satunya temenku yang memuji lukisanku, Gi... :">

Anonymous said...

bagus kok ndi:)
udah dua kaannn

dhiraestria dyah said...

ndie, sebenernya kamu ngelukis beneran ato cuma ngeliat aja?
:p

Anonymous said...

komennya dhira sama kayak wipi..
duh ndi, gimana nih kok kayaknya diragukan kemampuanmu nih?!?!?!

bulb-mode said...

thea:
Wuoh... kmu seperti serigala berbulu domba... awalnya memuji, akhirnya menohok... :-S Hehehe! :p

dhiraestria dyah:
Kalau Affandi melukis dengan jari, aku melukis cukup dengan pandangan mata... :-S

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...