Putrajaya adalah satu kota yang mendapat label 'recommended' dari Mbak Ambar. Sekilas, kota ini memang mirip dengan kota wisata. Semua begitu tertata, begitu bersih, dan... begitu 'baru'. Jauh, bila dibandingkan dengan Kuala Lumpur.
Dan itu membuatnya tampak artifisial.
Kota ini sebenarnya adalah kota pemerintahan. Bisa dibilang, konsepnya mirip dengan Washington di Amerika Serikat. Kantor-kantor pemerintahan dipindahkan dari Kuala Lumpur ke Putrajaya, agar Kuala Lumpur tidak 'penuh-sesak'.
Hm... sesuatu yang bagus untuk dicontoh di Indonesia mungkin. Melihat Jakarta yang terlalu penuh-sesak seperti itu.
Mulai dibangun di tahun 1995, Putrajaya hingga kini masih terus dalam masa pembangunan. Satu per satu kantor administrasi dan pemerintahan dipindahkan, berikut dibangun apartemen-apartemen bagi pekerjanya.
"Yang bisa tinggal di sini hanya mereka yang bekerja di kota ini," jelas Shan dalam bahasa Melayu campur Inggris.
Menarik...
Tapi, selain menjadi kawasan pemerintah, Putrajaya juga amat menarik untuk dikunjungi turis (yang tidak hobi berbelanja). Setahuku, di sini tidak ada mall atau pasar souvenir. Itu semua ditukar dengan bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur Arab-India.
Putrajaya Lake yang juga menjadi salah satu tujuan utama wisata adalah danau buatan. Kapal-kapal kecil disiapkan untuk mengangkut wisatawan berkeliling danau. Sekali lagi, bersih dan tertata.
Puas menikmati Putrajaya, kami kembali ke Kuala Lumpur, bersiap untuk mengikuti tour di Twin Tower.
Tiket masuknya gratis, hanya saja peminatnya harus mengantri yang kadang memakan waktu hingga satu jam. Sebelum memulai tour, kami dipersilakan menunggu di museum mungil yang berisi tentang data-data dan sejarah Twin Tower itu. Lalu kami disuguhi tontonan 3D yang juga masih bercerita tentang Twin Tower dan Petronas.
Satu hal yang aku kagum, terlepas dari bagaimana Petronas itu sendiri, adalah penyuguhan fakta akan produk mereka yang penuh nuansa kebanggaan.
Setelah teriris-iris membandingkan Petronas dengan Pertamina di pikiranku, kami diajak menuju ke jembatan kacanya. Letaknya di lantai 41. Yang hanya ditempuh dalam beberapa detik. Lift yang digunakan mempunyai kecepatan hingga 5-6 m/detik.
Hari pun beranjak malam, dan ini malam terakhir di Kuala Lumpur. Kami harus berkemas lagi.
2 comments:
"Satu hal yang aku kagum, terlepas dari bagaimana Petronas itu sendiri..."
Mang Petronas itu apa ndo?beda gak ama yg di Bojonegoro?:))
ronggolawe:
Petronas itu mirip Pertamina kan? Tapi aku banyak denger kerja mereka g kalah parahnya... yah, cuma denger-denger aja siy... :p
Post a Comment