Pages

Friday, September 7, 2007

Pria Ipanema dan Kaki-Kaki Panjang

Semalam, aku kembali mengunjungi acara fashion show. Sebanyak 12 perancang tampil dalam acara yang menjadi rangkaian agenda Jogja Fashion Week tersebut.

Pakaian yang diperagakan cukup menarik. Ragamnya yang banyak membuat fashion show malam tadi tidak membosankan. Dari corak tradisional, modern, kasual, gaun, hingga pakaian kerja, semua ada. Modelnya pun tak kalah menarik. Anggun. Disertai dengan koreografer dan lagu pengiring yang saling mengisi.

Ini kali ketiga aku mengunjungi acara fashion show dalam waktu kurang dari dua minggu. Dan lusa, masih ada satu fashion show lagi yang harus aku kunjungi sebelum memasuki bulan puasa.


Dulu, aku memang tak begitu peduli dengan fashion. Aku tak terlalu bisa mengamati keindahan rancangan-rancangan busana tersebut. Karena saat itu pikiranku terlalu sempit.

Untuk apa aku melihat fashion show, yang baju-bajunya tidak mungkin bisa aku pakai. Kurang lebih seperti itulah pikiranku.

Tapi akhir-akhir ini, itu berubah.

Tentu, aku harus berterimakasih pada Fashion Voice. Berkatnya, aku harus menghadiri acara-acara fashion show. Dan mengamati.

Aku pun jadi sedikit lebih mengerti tentang fashion. Walau ini belum mempengaruhi cara berpakaianku.

Melihat para peragawati yang bergerak mondar-mandir di catwalk tadi, aku tersadar untuk melakukan beberapa hal dalam hari-hari ke depanku. Diet dan - kalau bisa - memanjangkan kaki. Sedikit saja. Dan, aku juga akan membutuhkan sepasang sepatu high heels, setelah dietku dan program pemanjangan kakiku sukses.

Bagaimana tidak? Mataku terhipnotis saat aku melihat model-model wanitanya yang tinggi semampai, dengan kakinya panjang dan tubuh yang langsing, lewat berkali-kali di depanku. Seakan sedang menerapkan teori branding padaku. Dengan rancangan apapun, para model tadi tetap tampak anggun dan mempesona.

Tidak aneh kan bila tiba-tiba aku ingin bisa setinggi dan selangsing mereka?

Dan model prianya? Hanya ada enam di antara 24 model yang dipakai. Tapi, ada seorang model yang tampak sangat menarik. Tidak terlalu tampan, sexy (jelas!), maskulin, sangat lelaki (walau tanpa kumis dan jenggot) dan sangat eye-catching. Paling tidak untuk mataku.

Kunamakan saja dia, Mas Model Nomor 14.

Sayang aku agak sedikit terlambat saat menyadarinya. Aku pun lebih terkonsentrasi mengamati dia dari tempatku, daripada mengamati fashion yang ia peragakan. Dan acara pun selesai setelah aku hanyha melihat tiga penampilannya. Atau memang ia cuma memeragakan tiga desain?

Tall, and tan, and young and handsome,
The boy from Ipanema goes walking,
And when he passes, I smile...

But he's so cool and calm,
Makes a girl feel a bit neglected
That boy from Ipanema, doesn't see me....

Yah, walaupun ia jelas bukan berasal dari Ipanema...

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...