Pages

Tuesday, December 4, 2007

Legenda Lontong Tuyuhan

Awalnya hanya karena melihat suatu artikel di website. Lalu, Lontong Tuyuhan khas Rembang ini pun menjadi salah satu agenda utama kami dalam road trip di Rembang.

Sekilas, lontong tuyuhan tak jauh berbeda dari opor. Berkuah santan dan bewarna kuning, dengan ayam. Namun rupanya rasanya sedikit berbeda.

Walau mirip, kuah Lontong Tuyuhan terasa lebih manis dari opor yang kerap aku makan di Jogja, atau Magelang, atau Sragen. Dan kuahnya juga jauh lebih pedas. Manis, pedas, tapi tetap gurih. Mungkin karena banyak santan.

"Ayamnya di sini pakai ayam kampung semua. Tau maksudnya kan?" bisik Dhira sebelum kami makan.

Daging ayamnya 'alot'. Tapi justru membuat kaldunya lebih sedap. Khas ayam kampung. Di luar kuahnya, lontong untuk menu kali ini tak terlalu berbeda. Hanya lontong berbentuk segitiga. Dan minuman yang disediakan hanya minuman botol: teh atau soda?

Warung Lontong Tuyuhan yang kami datangi berlokasi di deretan warung pinggir jalan Desa Jeruk, Kecamatan Pancur. Konon katanya, di deretan warung ini menerapkan marketing secara visual. Penjualnya perempuan semua. Dan yang penjualnya paling cantik, dipercaya memiliki lontong tuyuhan yang lebih enak.

"Kalau penjual yang cantik sudah nikah atau pindah, pasti ada penjual cantik lain dari warung lain," tambah rekan sekerja Dhira.

Dan kemungkinan warung yang ditunggui oleh perempuan cantik itu yang akan mengambil alih poros perdagangan deretan warung Lontong Tuyuhan.

Kami pun menuruti saran seorang teman, dan menghentikan mobil di Warung Mbak Marfuah. Penjualnya, seorang perempuan (cantik itu relatif!), yang bibirnya jambon matang, dipoles lipstick tebal.

Aih-aih!

Lebih lanjut, ternyata deretan penjual Lontong Tuyuhan di Rembang tak hanya di satu tempat itu. Justru aslinya, para penjual ini berada di Desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, yang terletak sekitar 15 menit dari pusat kota. Bedanya, di daerah ini penjualnya lelaki semua.

Hm... lebih enak yang mana ya?

2 comments:

dhiraestria dyah said...

lontong tuyuhan di dua tempat itu rasanya hampir sama sih, tapi suasananya sangat berbeda.
hmmm.. untuk membuktikannya harus ada perjalanan lagi nih..
jogja-solo-purwodadi-pati-rembang-blora-trenggalek-lumajang-malang-pulau sempu-surabaya-kediri-jombang-jogja.
waw... :))
*ndie, sumpah.. ini cuma bercanda, bukan rute perjalanan sesungguhnya*

bulb-mode said...

dhiraestria dyah:
Hm... ide bagus, Dhir!
*pikir-pikir sambil culik Apo buat bantu mikir*

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...