Pages

Tuesday, January 17, 2012

Day 3: Pulau Rote, Aku Datang!


Pelabuhan di Ba'a, Pulau Rote
Perjalanan ke Pulau Rote dari pelabuhan di Kupang memakan waktu dua jam, menggunakan kapal cepat. Ini aku ingat karena pada perjalanan kembali ke Kupang, aku disuguhi film Nicholas Cage sepanjang pelayaran. Tiket kapal biasa harganya Rp 120.000,- per orang dan tidak bisa beli untuk pulang-pergi.

"Nanti di sana bisa langsung pesan," ujar Bapak Penjual Tiket.


Sama seperti perjalanan ke Kupang, perjalanan ke Pulau Rote yang termasuk dalam Kabupaten Rote-Ndao ini juga didasarkan pada 'ketidaktahuan'. Kami bahkan tidak tau kalau kabupaten ini terdiri dari 96 pulau, dan hanya 6 pulau yang berpenghuni.


Kami tidak tau seperti apa tempat yang kami tuju dan akan melakukan apa di sana. Untung saja Ibu Pendeta mengenalkan kami pada Pak Mus, pemilik Hotel Anugerah di Pantai Nemberala.

Maka jelas sudah, tujuan kami ke Pantai Nemberala yang terletak di ujung selatan Pulau Rote. Perjalanan dari pelabuhan ke daerah Nemberala ini memakan waktu hingga satu jam, dengan mobil pribadi. Kebetulan kami datang bersama dengan Pak Mus, sehingga kami mendapat kemudahan untuk menumpang mobilnya sampai di lokasi.


Selain mobil pribadi, di sana bisa menyewa angkot. Bayarnya Rp 250.000,- untuk langsung antar. Kalau mau yang lebih murah bisa naik angkot, yaitu Rp 50.000,- per orang, atau sewa ojek Rp 100.000,- per ojek per hari.

Oh iya, di Pulau Rote, sinyal telepon yang bisa mencapai daerah ini hanya Telkomsel. Yeay!
Dalam perjalanan, kami sempat mampir di rumah raja di Rote, Menak Thie, yang terletak di jalan dari Ba'a menuju Nemberala. 'Menak' artinya raja. Ini berbeda dari rumah raja Rote yang ada di Ba'a dan gayanya sangat Eropa.
 
Rumah Menak Thie
Bentuk rumahnya yang ini masih tradisional, dengan beratapkan alang-alang dan berdinding kayu. Di dalamnya, terdapat dua lantai. Lantai bawah untuk semacam ruang tamu, sementara rumah aslinya ada di lantai atas yang bentuknya mirip panggung tapi tertutup.

Banyak rumah di Pulau Rote ini memang masih berdinding kayu dan beratap alang-alang. Namun ukurannya tidak sebesar rumah raja dan tidak tingkat. Banyak juga dari mereka yang memelihara kuda khas Nusa Tenggara, ukuran badannya kecil-kecil.

"Untuk upacara adat Hus," ujar Pak Mus.

Hus ini diselenggarakan di Desa Boni, Rote Barat Laut. Pada acara ini diadakan lomba ketrampilan dan uji ketangkasan berkuda. Acara ini juga merupakan ritual "pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan para leluhur yang berjasa dengan memohon berkat hujan bagi daerah Kabupaten Rote Ndao".

Karena acaranya hanya diadakan pada bulan Juli-September, berarti kuda banyak menganggur. Lalu untuk apa?

"Ya diternak, kadang disembelih untuk dimakan," tambah Pak Mus.

Oke, tapi sepertinya juga jarang karena aku tidak menemukan warung makan atau rumah makan atau makanan khas Rote yang menggunakan daging kuda. Atau aku saja yang tidak menemukannya karena tidak mencari ya?


Halaman Hotel Anugerah
Hotel Anugerah yang memiliki 28 kamar ini terletak tepat di pinggir Pantai Nemberala, hanya sekitar 50 m dari pinggir laut. Rupanya kedatangan kami pada low season, sehingga satu hotel kosong mlompong. Cuma kami berdua. Menurut Pak Mus, high season sendiri pada bulan April-November. Alhasil kami mendapat kamar terbaik di Hotel Anugerah.


Semua kamar tanpa AC
Kamar yang seharusnya diisi empat orang, dengan dua tempat tidur besar, saat itu kami isi hanya berdua. Harganya yang biasanya Rp 500.000,- per orang per malam, saat itu hanya dikenai Rp 400.000,- per malam. Harga tersebut sudah termasuk makan 3 x sehari, dengan lauk seadanya (oseng buncis, mie, tongkol goreng, ayam goreng, nasi goreng, dll).

Sore itu kami hanya bersantai-santai di kamar yang berjendela super besar. Mengumpulkan energi sambil memuaskan rasa malas setelah lebih dari tiga jam perjalanan. Dari tempat tidur, kami bisa melihat pantai di sela-sela pepohonan kelapa.


Pinggir pantai
Menjelang matahari terbenam, kami baru keluar kamar untuk melihat-lihat suasana di sekitar pantai. Malamnya, rencana ke bar batal. Karena low season dan pengunjung di seantero Nemberala bisa dihitung dengan jari, makan semua bar yang menyajikan hiruk-pikuk khas pantai tutup.

"Sebenarnya ada tiga bar di sekitar sini," ujar Kak Ikke, adik Pak Mus.

Akhirnya kami dan Kak Ikke menghabiskan malam di pinggir pantai. Sesi curhat dimulai dan lagu Adele dilantunkan. Jiah!



*Hotel Anugerah*
Pak Mus (Erasmus Frans)
Nemberala, Kec. Rote Barat,
Rote Ndao - NTT 85382
HP: 0852.3916.2645
anugerah_rote@yahoo.com

1 comment:

Agry Davira said...

nice post ! negbantu banget buat yg belum pernah ke pulau Rote jangankan tahu dengar pun mungkin jarang .

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...