Pada hari H, kami sampai di Medan siang hari, bersama rombongan 'The Alumni'-nya Mama. Yap, mereka akan memiliki jadwal tour yang terencana dan terjamin lahir dan batin, sementara aku dan Mr. A memilih petualangan kami sendiri.
Setelah menikmati santap siang di Restoran Padang "Garuda", yang rasa sajian-sajiannya sungguh lezat luar biasa, kami melanjutkan perjalanan kami ke Pematang Siantar. Dengan diantar sopir sebagai fasilitas perpisahan dari rombongan "The Alumni".
Aku dan Mr. A yang oportunis, tentulah tidak akan menolak kebaikan Om Seto sebagai pemrakarsa "The Alumni Goes to Medan" kali ini.
Mencari tumpangan dari Medan ke Pematang Siantar sebenarnya tidak terlalu sulit. Salah satu jasa travel yang cukup terpercaya di sana adalah Paradep Taxi. Kantornya di Medan ada di Jl. Sisingamangaraja No 59 (061-77123029) dan buka 24 jam! Selain itu bayarnya hanya Rp 40.000,- per orang.
Perjalanannya sendiri memakan waktu sekitar 3 jam dalam kondisi jalanan lancar. Pemandangan kiri dan kanan tidak terlalu menarik. Bedanya adalah aku hanya menemukan satu gerai Indomaret selama perjalanan. Hanya satu setahuku, karena setengah perjalanan aku tertidur.
Kekenyangan.
Sampai di Pematang Siantar, hari sudah mulai sore. Perasaanku, matahari sudah mulai meredup, padahal ternyata dia masih bersinar ceria hingga menjelang pukul 6.30 sore.
Kami pun langsung ke rumah Tante yang kupanggil Atuk untuk melihat persiapan pernikahannya. Pernikahan akan dilaksanakan keesokan paginya dengan adat Pematang Siantar. Katanya sih, acara akan mulai pukul 7 pagi dan selesai pukul 12 malah.
Untungnya, aku tidak diminta terus-menerus berada di lokasi. Fiuh...
Akhirnya, kami ke Wisma Pantai Timur. Hotel ini ternyata letaknya sangat dekat dengan kantor satu-satunya temanku di Pematang Siantar yang kebetulan lagi pelatihan di Jakarta.
Oh ya, aku dan Mr. A sudah memutuskan bahwa petualangan di Pematang Siantar ini akan lebih berupa petualangan kuliner. Yah, karena waktunya terbatas dan (siapa tahu) bisa sekalian liputan. Lagi pula, setelah sekilas kukelilingi Pematang Siantar, kota ini memang kota kuliner, terutama dengan begitu banyaknya warung makan dan beberapa pusat kuliner.
Malam itu pun kami memulai petualangan kami dengan mencicipi mie pansit jamur tiram di Mie Pansit Ayam "Yuli" dan martabak telor yang mirip telur dadar namun diberi irisan kentang. Rasanya? Enak.
Pak Tobing yang menemani hari-hari kami di kota ini rupanya menjadi pahlawan kuliner kami.
No comments:
Post a Comment