Pages

Wednesday, June 15, 2011

Pematang Siantar: Kota Kuliner Part #2

Kedai Kopi "Massa" Kok Tong
  
"Once you wake up and smell the coffee, it's hard to go back to sleep."
~ Fran Drescher

Posting ini akan tentang kopi, kopi, dan kopi. Sejak awal, aku memang penasaran dengan kopi di Pematang Siantar. Aku bukan penggila kopi, tapi aku selalu penasaran dengan yang namanya rasa khas di suatu daerah. Kebetulan yang sering aku baca mengenai Pematang Siantar ya kedai kopinya.


Rupanya Pematang Siantar memang memiliki begitu banyak kedai kopi. Aku tidak berbicara mengenai cafe atau coffee shop a la mahasiswa. Di Pematang Siantar, kedai kopi ya kedai kopi biasa saja.

Tempatnya sederhana dan pengunjungnya ke kedai kopi bukan untuk 'style'. Herannya lagi, kebanyakan kedai kopi ini juga membuka gerobak makanan chinesse food sebagai pelengkap. Sekilas bentuknya justru mirip warung makan.

Biasanya, kedai-kedai kopi ini selain menjual kopi, baik yang diminum di tempat atau bubuknya, mereka juga menjual roti bakar. Selainya yang khas ya srikaya.

Harga kopinya bersaing. Antar satu kedai dan kedai lainnya patokan harganya tidak terlalu jauh, hanya sekitar Rp 500,-. Untuk satu cangkir kopi panas Rp 5.000,- dan satu gelas es kopi Rp 7.000,-


Kedai Kopi "Massa" Kok Tong
Jl. Cipto 115, Pematang Siantar


Ini kedai yang paling legendaris. Mereka sudah ada sejak tahun 1925 dan sampai sekarang masih selalu dipenuhi pelanggan, tidak siang tidak malam. Parkirannya

Kopi di sini kental dan lezat. Termasuk es kopinya, yang langsung menjadi favorit Mr. A.

Kedai ini buka dari jam 6 pagi sampai jam 12 malam. Dan di sinilah aku membeli beberapa kotak kopi bubuk untuk oleh-oleh.


Kedai Kopi Sedap
Jl. Sutomo no 97, Pematang Siantar

Kedai Kopi Sedap


Sama seperti kedai kopi Massa, di sini juga menggunakan kopi Kok Tong. Hanya saja, entah kenapa rasanya berbeda. Lebih enak yang "Massa".

"Ini dicampur jagung, mungkin," ujar Mr. A.

Dan aku ber-ooo ria. Yah aku tak tahu lah, aku bahkan tidak bisa membayangkan jagungnya diapakan. Yang unik lagi adalah untuk menyuguhkan kopi, mereka menggunakan cangkir yang super vintage.

"Dari jaman Jepang," ujar Pak Tobing yang kenal dengan pemiliknya.

Kedai Kopi Sedap memang sudah berdiri sejak tahun 1939, jadi mungkin saja cangkir-cangkir itu koleksi pribadi pemiliknya. Menurut Pak Tobing, selain kopinya, di sinilah selai srikaya yang paling sering dicari. Terutama untuk oleh-oleh karena tahan hingga seminggu tanpa masuk kulkas.

 
Deretan Kedai Kopi
Jl. Surabaya, Pematang Siantar

Nah, di jalan kecil inilah banyak berderet kedai kopi sederhana. Hari itu aku sekedar menjadi pengamat karena melewati Jl. Surabaya beberapa kali. Wajar, karena letaknya dekat sekali dengan Jl. Sutomo dan merupakan jalan tembus.

Aku tidak mencoba salah satunya karena aku sudah cukup 'kenyang' dengan kopi. Tapi, kalau ingin berpetualang kopi, tidak ada salahnya mencoba kedai yang berderet itu satu per satu.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...