Pages

Monday, January 7, 2008

Sate Kambing Bawah Tiga Bulan, RM Batibul 'Bang Awi'

Dari Jogja, aku sudah membayangkan akan mencicipi sate kambing muda yang terkenal dari Tegal. Beberapa orang menyarankanku untuk mencobanya di Rumah Makan Batibul 'Bang Awi', Jl. Raya Ujungrusi - Adiwerna, Tegal. Ke arah Slawi.

Embel-embel sate yang tidak prengus, sate yang lembut, dan sate yang amat lezat menjejali imajinasiku dengan harapan.

Rumah makannya biasa. Tanpa desain arsitektural yang berlebih. Hanya gedung era tahun 1980an yang ruangannya dipenuhi meja-kursi biasa. Seperti layaknya rumah makan di jalan antar kota.

Rupanya hari itu pengunjung RM Batibul ini sedang luber. Mobil-mobil di parkir di halaman. Dari Kijang kapsul, hingga Jaguar. Wow.

"Dagingnya empuk sekali. Luar biasa," komentar Bapak Gendut puas pada sopirnya, sambil masuk ke dalam mobil Jaguar.

Aku hanya menguping. Dan imajinasiku semakin liar, membuat perutku meronta.

Menu yang disediakan di RM Batibul tak terlalu bervariasi. Hanya ada sate dan sup tulang kambing. Minumnya hanya teh dan teh poci. Dilandasi rasa ingin tahu, kami pun memesan semua menu itu.

Sate kambing keluar bersama irisan tomat dan cabai, siap dituangi kecap. Satenya tampak pucat dan polos. Tanpa terlalu banyak bumbu atau terlalu lama memanggang.

Sekedar informasi, aku biasanya tak begitu suka daging kambing, karena baunya 'mak prengus'. Tapi sate kambing yang ini amat berbeda. Benar juga embel-embel yang aku dengar sebelumnya.

Dagingnya yang pucat ternyata amat lembut. Empuk, seperti daging ayam. Dan rasanya juga sederhana, seperti penampilannya, tapi tetap luar biasa. Gurih daging terasa jelas, tanpa bumbu-bumbu yang justru bisa menutupi rasa aslinya. Sate ini bahkan terasa enak sebelum diberi bumbu kecap dan cabainya.

Kecapnya sendiri merupakan kecap lokal bermerk Tomat Lombok. Asli Tegal, Adiwerna. Manisnya pas. Bahkan tidak semanis kecap-kecap yang biasa aku rasakan.

Memakan sate ini, aku segera teringat Sate Klathak. Rasa dasarnya hampir sama, rasa daging. Tapi, bila harus membandingkan, tentulah aku akan memilih sate ini.

Jauh. Lebih. Enak. Percayalah, Para Penggemar Sate Klathak!

Sopnya tak kalah sederhana. Hanya kuah bening dengan kubis dan seledri selain daging kambing yang menempel pada tulang. Dagingnya gempil dan lembut. Rasanya? Gurih dan tak ada bau amis atau prengus. Benar-benar mengejutkan. Ing atase, penampilan sop itu amat tidak menarik.

Saat semua hidangan telah habis, Ibu penasaran dengan kelembutan daging kambingnya. Dan kegurihannya.

"Nggak direbus dulu, Bu," jawab Ibu Pemilik RM. "Kita pilih daging dari kambing yang masih menyusu. Di bawah tiga bulan."

Batibul = Bawah Tiga Bulan. Ibu tampak kaget, mungkin teringat bayi-bayi yang masih menyusu. Tapi hanya sesaat. Karena tetap mengangguk saat ditawari menambah.

Harga sate ini dihitung per kodi. Satu kodi berisi 20 tusuk harganya Rp 28.000,-. Untuk kecapnya, ternyata juga bisa dibeli. Harganya Rp 10.000,- per botol.

RM Batibul juga membuka cabang di daerah Jakarta. Tepatnya di Jl. Boulevard Raya Blok QJ-7 No. 20, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Selamat mencoba! Nyam-Nyam-Nyam-Nyam!

2 comments:

Anonymous said...

Kayaknya enak Ndi...nyam..nyam. Kapan aku bisa kayak dirimu ya. Jalan-jalan melulu. Btw, sate di belakan gkantorku juga enak lho. Empuk dan gurih. Oh ya, yang jualan juga orang Tegal:D

bulb-mode said...

thea:
Kamu bisa cicipin sate itu di Jakarta Utara lho The... ga terlalu jauh kan? Ntar kalo pas Ogi ke sana, diajakin aja ke Batibul di Jakarta Utara. Udah aku kasih alamat segala tuh. Semoga rasanya seenak aslinya ya... :p

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...