Pages

Monday, January 28, 2008

Lagi-Lagi Ponorogo

Sekali lagi, aku melakukan perjalanan ke Ponorogo. Tetap ingin mengunjungi Desa Demungan untuk melengkapi sedikit lubang dalam cerita, sekaligus menonton reog Ponorogo. Yah, daripada harus ke Malaysia, kan? ;p

Pertunjukan reog di Ponorogo adalah pertunjukan rutin. Namun walau rutin, tetap saja aku sulit mencari jadwal pentasnya secara tepat. Reog dipentaskan sekali dalam satu bulan. Tepat pada malam bulan purnama.

Nah, menentukan kapan tepatnya bulan purnama inilah yang sedikit repot. Setelah memeriksa tanggalan Jawa, dan beberapa kali menanyakan ke Pemerintah Kabupaten Ponorogo, barulah aku mendapatkan jadwal tepat pementasannya.

Tanggal 23 Januari 2008, pukul 19.00 WIB. Tidak boleh telat, bahkan kalau bisa aku ingin menyempatkan diri melihat persiapan pementasa reog. Rencana pun disiapkan untuk berangkat pagi. Meski pada akhirnya baru pukul 11 siang bisa keluar dari Jogja.

Berangkat di pagi hari rupanya bukan solusi untuk bisa tiba di Ponorogo tepat waktu. Rute Jogja - Solo - Tawangmangu - Sarangan - Magetan - Madiun - Ponorogo memakan waktu lebih banyak dari yang aku perkirakan sebelumnya.

Berhenti beberapa kali di berbagai tempat menarik, mengabadikan momen-momen di sepanjang jalan, hingga kebingungan di gerbang-gerbang yang menyesatkan menyababkan perjalanan Jogja - Ponorogo harus aku tempuh selama 8 jam.

Dan sebagai informasi, Ponorogo ternyata memiliki TIGA gapura Selamat Datang. Jadi jangan merasa lega telah tiba di Ponorogo saat melihat gapura pertama.

Malam hari pertama pun aku habiskan dengan menonton pertunjukan reog di Alun-Alun Ponorogo dan 'nongkrong' di Jalan Baru. Malam itu, bulan sedang bulat-bulatnya. Besar dan bewarna oranye.

Jalan baru ini adalah tempat nongkrong yang unik. Mirip lesehan kaki lima di sepanjang Jalan Solo, hanya saja jalanannya lebih sepi dan sekitarnya masih sawah. Kudapan pia yang rasa dan teksturnya mirip bakwan pun habis dalam sekejap. Di tempat ini pula aku menemukan lemon tea yang aneh. Segelas teh dihidangkan bersamaan dengan buah jeruk nipis yang harus dibelah dan diperas sendiri. Benar-benar swalayan.

Separuh hari kedua aku habiskan di Desa Demungan. Tak banyak yang aku cari di sini. Hanya sekedar mampir dan bercengkerama dengan keluarga Lik Kami. Tapi tetap menyenangkan, terutama dengan hidangan makan siang yang khas dengan aroma 'tungku'. Nyum!

Lalu ke Telaga Ngebel. Dan kemudian menyusuri jalanan di Madiun, tanpa tujuan yang jelas. Kota kecil yang membingungkan, terutama jika harus mengendarai kendaraan berplat AB di antara banyaknya rambu-rambu yang mengagetkan.

Makan di Pecel Tumpuk lagi. Dan ke Warrock Cafe lagi.

Dan esoknya, saatnya meninggalkan Ponorogo. Bukannya langsung pulang ke Jogja. Rute hari itu justru mengerucut ke arah Timur. Ponorogo - Trenggalek - Tulungagung - Kediri - Nganjuk - Caruban - Madiun - Magetan - Sarangan - Tawangmangu - Solo - Jogja.

Total perjalanan pulang pun mencapai 12 jam perjalanan. Uh... lelah, tapi amat menyenangkan! :)


PS: Makasih banget, ya... ;>

4 comments:

Anonymous said...

kok foto2 reog nya malah ga di tampilin ndie

bulb-mode said...

ogi:
Belum, Gi... belum. Tulisannya juga belum jadi. :p

Anonymous said...

wooo

aku sekarang lagi seneng make google reader, jadinya bisa langsung tau temen2 yang update blog. So, bisa secepat kilat ngasih comment. weheh..

bulb-mode said...

ogi:
Wuh... canggih... aku krungu wae rung tau... :-S Caranya gimana tuh Gi?

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...