Adik kecil itu berdiri sambil membolak-balik katalog lukisan yang tergeletak di atas sofa. Tampangnya serius. Entah memikirkan lukisan-lukisan yang termuat dalam katalog, atau memikirkan rasa makanan yang masih tersimpan di mulutnya.
Sesekali ia melihat ke Bibik-nya yang berdiri di sebelahnya. Ia tak berpindah tempat. Hanya tangan dan matanya yang bergerak-gerak. Membolak-balik katalog tadi, dan mengamatinya.
Lalu mulut kecil itu ikut bergerak.
"Ini jorok ya, Bi?" tanyanya sambil menarik-narik tangan Bibik-nya.
Kulihat dari jauh, adik kecil itu menunjuk sebuah lukisan surealis, bergambar sebuah gambar pipa rokok. Ujung satunya tampak sebuah bibir yang sedang menghisap. Dan di ujung satunya penuh dengan tanah dan pepohonan.
"Kok ngerokok tanah?"
Bibik-nya tak begitu menghiraukan. Lalu adik kecil tadi kembali membolak-balik halaman.
"Ini juga jorok," ungkapnya.
Sebuah gambar cangkir yang berisi air. Di bibir cangkir, tampak sebuah tangga. Mirip tangga kolam renang.
"Masa kolam renang di dalam cangkir?"
Si Bibik tertawa pelan. Adik kecil kembali membalik halaman katalog.
"Yang ini juga!" tambahnya setengah teriak.
Gambar sebuah mangkok berisi air, dan di tengah-tengahnya terdapat seseorang yang sedang berenang. Atau menyelam?
"Berenang kok di ember?!" Adik kecil histeris. "Jorok ya?!"
Hihihi. Aku tak kuat lagi menahan tawaku. Apa yang akan dikatakan pelukisnya saat mendengat 'kuratorial' lugu dari adik kecil itu?
No comments:
Post a Comment