Sebuah undangan resepsi pernikahan dari seorang saudara membuatku kembali menjejakkan kaki di Tegal. Tidak seperti kunjunganku ke Tegal sebelumnya, yang harus diakhiri dengan terkaman Kijang ke kebun orang, kali ini semua lebih aman.
Kami hanya bertiga. Aku dengan Bapak dan Ibu, dan tanpa persiapan berkeliling yang berlebihan. Bukannya mereka tidak seru untuk diajak 'berpetualang', namun waktunya yang sangat terbatas.
Kami hanya bertiga. Aku dengan Bapak dan Ibu, dan tanpa persiapan berkeliling yang berlebihan. Bukannya mereka tidak seru untuk diajak 'berpetualang', namun waktunya yang sangat terbatas.
Rencananya, kami hanya akan berangkat Sabtu pagi agar bisa datang di acara midodareni dan pulang Minggu siang, tepat setelah resepsi pernikahan. Sisa waktu, kemungkinan awalnya akan dihabiskan di hotel. Atau Rita Mall yang letaknya tak terlalu jauh.
Rencana yang cukup membosankan di kota yang penuh dengan iklan teh.
Tapi, waktu yang terbatas ini pun akhirnya kami usahakan dikemas sedemikian rupa agar perjalanan menjadi sedikit lebih menyenangkan. Karenanya, kami pun memilih untuk mewarnai perjalanan ke Tegal dengan wisata kuliner.
Haha... ya, aku tahu kenapa saat ini wisata kuliner bisa menjadi amat sangat populer. Karena - menurutku - ini salah satu bentuk wisata instan yang tidak membutuhkan waktu lama. Yang perlu disiapkan hanyalah uang, perut, dan sedikit informasi. Jadi, tentu saja bisa dilakukan kapan pun, walau waktunya hanya tak ada satu jam.
Bayangkan jika harus dibandingkan dengan wisata budaya. Dimana kita harus tinggal selama minimal tiga hari untuk dapat sedikit mengerti tentang budaya suatu tempat. Atau wisata petualangan, yang membutuhkan waktu berjam-jam untuk mendaki satu gunung yang tidak tinggi. Belum lagi persiapannya.
Wisata kuliner, mirip dengan wisata belanja. Tak perlu persiapan. Tak perlu 'mengerti'. Yang perlu dilakukan hanyalah datang, memilih-milih atau merasakan, dan membayar. Lalu lanjut ke tempat wisata berikutnya. Sesederhana itu.
Karenanya, bila waktu menjadi masalah utama, maka wisata kuliner adalah alternatif wisata yang tepat untuk menghabiskan waktu di suatu tempat. Masalah waktu memang terkadang menjadi permasalahan utama orang bekerja. Terutama mereka yang bekerja kantoran.
Yah... seperti itulah yang aku rasakan di Tegal. Kami hanya memiliki waktu luang beberapa jam sebelum acara midodareni, dan beberapa saat setelah acara midodareni selesai. Esoknya, akad dimulai pukul 7 pagi dan langsung dilanjutkan dengan resepsi.
Argh!
Akhirnya, merujuk pada beberapa catatan yang telah aku siapkan dari Jogja, kami pun segera memulai perburuan kuliner di Tegal. Segera setelah kami check-in ke hotel. Mulai sate kambing muda Batibul yang SUPER lezat, serabi gurih, tahu aci, hingga kupat blengong yang kental. Nyam! Sebegitu banyak makanan dalam separuh hari.
Perjalanan ke Tegal kali ini benar-benar tepat waktu. Tanpa niatan menambah hari sama sekali. Dan aku cukup puas dengan wisata kuliner yang kami lakukan. Paling tidak, aku jadi tahu beberapa makanan lezat di Tegal.
Lagi pula, apa lagi yang bisa aku lakukan di Tegal dengan waktu yang amat terbatas seperti itu?
4 comments:
Ati-ati dietmu!! Apa udah off???
hehehe
thea:
Off... off... off... dan sedang berniat untuk memulainya lagi! Makasih udah ngingetin aku, The... :p
makan di warteg dong ndie..
dhiraestria dyah:
Ya amplop, Dhir... aku malah sama sekali ga ngeh tentang 'warung tegal'... :( Terlupakan...
Post a Comment