Beberapa waktu yang lalu, kami berbicara tentangmu. Tak sengaja mengorek memori yang masih mengganjal. Bukannya menuntaskan memori itu, tapi ternyata justru memperjelasnya.
Lalu hari-hari berikutnya, memori tentangmu semakin kuat. Seperti sebelumnya, mirip sebuah kebetulan. Foto yang tergeletak. Majalah yang terbuka. Hingga obrolan singkat di tengah-tengah hari.
Tidak menyakitkan, walau namamu kembali terucap. Berkali-kali di waktu yang cukup singkat.
Dan malam itu, jarak dua meja terasa terlalu jauh. Aku tak menyangka kamu akan berdiri di sana. Berdiri, melebur bersama dunia masa lalumu. Sementara aku tersesat. Hanya duduk, berusaha beradaptasi dengan dunia baruku.
Malam semakin larut. Kepalaku semakin berat. Musik terus berdentum keras dan asap rokok makin memenuhi udara lembab sehabis hujan. Dan kamu... kamu masih berdiri di antara masa lalumu.
Sesak.
Tahukah kamu? Sapaan ringanku di akhir hari sebenarnya tak seringan itu. Ketakutan itu rupanya masih ada. Dan pertanyaan-pertanyaan berkeliaran di imajinasi. Ya, aku takut.
Baris-baris kalimatmu kemudian terasa sendu. Kering. Aku pun terseret dengan berbagai kata mungkin yang bangun dari tidurnya. Tak ingin aku kembali jatuh dan membuka lukaku. Tapi apa yang bisa aku lakukan? Ajakanmu berakhir dengan anggukanku.
Aku hanya terseret, sedikit.
8 comments:
Wew...dalem...
brandalan:
Hihihi... memang sedalam itu...
sebentar..sebentar.. coba kubuka penerawanganku..
duh.. ck..ck..ck..
dhiraestria dyah:
Sebelum kamu makin tersesat di dunia penerawangan, ada baiknya kamu mulai menanam padi... biar bisa menyisip di antara ilalang... (nyambung nggak?) :p
tersesat??
ambil peta trus sms aku ntar tak temenin..
banyak temen2 tukang becak, parkir yang siap memberi arah..
:D
tole:
Terseret, Don... bukan tersesat... :p Aku nggak tersesat, kan di tasku selalu ada peta dan jas hujan... :p
terseret mengidentifikasi sebuah langkah yang berat, jejak yang begitu sukar di tapaki sehingga membuat orang bisa tersesat dalam setiap jejaknya..walau terseret sedikit namun sudah membuat logika yang dibangun sekarang bisa menuju ke-ter-sesat-an...hmm..walau sesaat namun membuat kerinduaan itu menjadi nisbi..:P
Yah walau ada peta..toh jg ga tau mana arah utara-selatan..:P..dan ponco itupun hanya bisa mengisi badan jasat ini sj...hmm cobalah berbagi..seperti tukang parkir dan becak yang ikhlas memberikan kanopinya kalau hanya ingin berteduh dari hujan dan saya rasa mereka juga rela memberikan arah ketika kita bimbang dalam perjalanan ini..
iya ga sih??
Hihi..
weks..
tole:
Huihihi... yg pentingg keujanan, Don... sayang hari itu g ujan, jd g bs pamer jas hujan... huehehe!
Post a Comment