Pages

Friday, April 25, 2008

Kondangan Gembil dan Ari

Kali ini aku datang ke Jakarta karena dua alasan. Salah satunya adalah datang ke pesta pernikahan teman SMA-ku, Gembil. Dia memang sudah mewanti-wantiku sejak satu bulan sebelum pernikahan. Dan akhirnya, satu bulan itu pun terlewati.

Persiapan yang aku lakukan untuk datang ke acara ini agak berlebih, seperti bersiap dua jam sebelumnya. Bukan karena urusan tata rias, tapi lebih karena masalah perjalanan yang diasumsikan akan padat-merayap. Belum lagi tugas mencari parkir di area gedung yang pastinya akan penuh.

Sebagai informasi, Bapaknya Gembil baru saja diangkat menjadi Kapolda. Tentulah tamunya akan melimpah ruah, dan sebaiknya kami datang lebih awal agar tidak terkena macet. Baik di jalan maupun saat antri salaman.

Tapi apa daya. Rupanya aku dan adikku baru selesai bersiap tepat pada saat acara dimulai. Ini karena Sushitee yang membuat lupa waktu. Kami pun baru berangkat dari rumah pukul tujuh.

Benar apa yang telah dibayangkan. Kami sedikit bingung mencari tempat parkir. Tak masalah, kami akan turun di lobby saja dan Pak Sopir bisa mencari tempat parkir.

Tapi... priiiit!!!

Mobil kami di-semprit sekuriti.

"Lobby ditutup. Presiden akan datang," ucapnya.

Alamak. Kondangan bersama Pak Presiden.

Demi keutuhan negara dan bangsa, kami pun terpaksa berputar ke lobby di gedung lain, turun di sana, dan berjalan agak jauh ke gedung tempat pesta dilangsungkan. Dengan sepatu berhak tinggi.

Di depan ruang pesta, antrian sudah menyemut. Kami mau tak mau harus mengikuti antrian panjang itu.

"Nanti di pintu tangannya dicap, seperti di Dufan," ucap adikku sembarangan.

Yayaya. Dan aku akan meminta mereka menempelkan capnya di pundakku saja agar terlihat keren.

Namun rupanya pintu bukan lah akhir dari antrian. Kami masih harus mengantri selama lebih dari 45 menit untuk bersalaman dengan Gembil dan suaminya, Ari. Dan ingat, aku masih dengan
sepatu berhak tinggiku.

Untung saja disiapkan hiburan untuk menghibur para undangan. Seorang penyanyi band yang berpenampilan formal (kaku - red) dengan suara bagus, dan Dewi Yull. Beberapa undangan di depanku pun sibuk mengambil gambar.

Setelah berbaris a la semut dan selesai bersalaman dengan pengantin, aku dan adikku langsung menghambur ke meja-meja suguhan, meratapi makanan yang sudah hampir habis. Padahal perutku teramat keroncongan. Ah... kami pun harus puas mengenyangkan diri dengan berbagai makanan yang tersisa.

Balado, chicken cordon bleu, lasagna, hingga kue-kue kecil. Dengan nasi yang agak banyak.

Akhirnya kenyang juga. Dan kami pun keluar. Melewati sebuah ruangan lagi yang juga penuh orang. Lha... ternyata ruangan itu juga menyediakan makanan... dan makanannya masih lengkap!

"Ya kan tadi udah aku bilangin, Mbak, masih ada satu ruangan lagi," adikku sedikit mengomel.

Yah, sudahlah. Toh perut sudah kekenyangan dan
sepatu berhak tinggiku mulai mengganggu cara jalanku.

Hm... saatnya memeriksa agenda kondangan berikutnya.

4 comments:

dhiraestria dyah said...

kondangan? hobi baru nih ceritanya.. :p

bulb-mode said...

dhiraestria dyah:
Oh... dan aku belum bercerita tentang rekan yang berperan penting di sebagian besar hobby baruku ini kan?

Anonymous said...

Hey...u look awesome in red. Unfortunately we couldn't meet each other. I was on my business trip:D

bulb-mode said...

thea:
Thanks, The... :) I was also so occupied with those invitations, and the treasure hunting at ITC, not to forget, the traffic jams... argh! My three days trip was too short to meet anyone... :(

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...