Pages

Sunday, August 12, 2007

To Be Or Not To Be


Sore itu, di dekat jendela besar yang menghadap ke jalan, kudengar Ayu dan Putri mengobrol. Meluangkan waktu senggang mereka dengan santai. Suasana cafe sedang tak ramai. Hanya tampak beberapa pengunjung lain, sibuk bermain bilyard atau duduk dan mengobrol seperti mereka.

"Perhatian dan pacaran itu datang dalam satu paket," ucap Ayu.

"Tapi, aku nggak bisa kasih perhatian ke orang yang nggak aku suka."

"Tapi katamu tadi, kamu mau mencoba? Itu berarti..."

"Iya, seharusnya memang begitu," ucap Putri memotong perkataan Ayu. "Tapi sepertinya nggak bisa seperti itu juga."

Ayu terdiam. "Kamu nyaman bersama dia?"

"Kadang... tapi seringnya nggak. Karena rasa kesalku pada dia bisa tiba-tiba muncul, tanpa bisa aku cegah." Putri menatap Ayu. "Dan entah karena sebab apa."

"Terus, kenapa kamu mau mencoba?" Ayu menatap Putri. "Setahuku, kamu orang paling 'tidak mau mencoba' yang pernah aku kenal."

Putri tersenyum dan melihat ke cangkirnya. "Karena aku pernah merasakan berada di posisinya." Ia mengambil cangkir susunya. "Dan aku sama sekali belum pernah memberinya kesempatan, ataupun baik kepadanya, tapi dia terus baik padaku, apapun yang aku lakukan padanya."

Ayu kembali terdiam, menunggu lanjutannya.

"Seperti ketika kamu memberinya sebatang pinsil, ia akan membalasnya dengan memberimu seperangkat alat tulis-menulis." Putri memberi contoh. "Ya, seperti itu kebaikannya padaku."

Ayu meneguk minumannya. "Jadi kamu merasa harus memberinya kesempatan, begitu?"

"Bukan harus, tapi sebaiknya."

"Lantas, apa yang akan kamu lakukan untuk mengatasi hal-hal yang tak ingin kamu berikan?" Ayu diam sebentar. "Seperti memberi perhatian, misalnya?"

"Hm..." Putri berpikir. "Sepertinya aku harus jujur pada dia."

"Jujur?"

"Iya. Aku jelaskan bahwa misalkan pun kami jadi, aku tidak akan menjadi pacar yang baik. Dalam hal apapun."

"Lalu?"

"Ya lalu terserah dia. Ingin terus atau tidak. Toh, aku telah memberinya kesempatan, bukan?"

Ayu mencondongkan badannya ke arah Putri. "Tapi, bukankah itu jahat?" bisiknya.

"Jahatkah?" balas Putri. "Kalau begitu, berarti dia punya alasan untuk menolaknya, kan?" Putri menyandarkan badannya sambil meminum susu yang sedari tadi ia pegang.

2 comments:

dhiraestria dyah said...

aku membayangkan sudut-sudut sofa yang nyaman di cafe-cafe itu, mereka mendengar terlalu banyak hal tentang ayu dan putri..

bulb-mode said...

Yup...sepertinya aku memang mendengar terlalu banyak hari itu...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...